Gegaranya, aku malah berpikiran sederhana, yaitu dengan mengajarkan konsep dasar, membiarkan siswa praktik, hingga menggelar penilaian dengan menempatkan instruksi pembelajaran sebagai kunci.
Dengan cara tersebut, otomatis materi ajar jadi semakin ramping, bukan? Inilah cara jitu mengejar ketertinggalan materi. Hihihi
Meski begitu, di sini guru menjadi pribadi kunci suksesnya pembelajaran walau dalam kondisi terbatas. Ya, mau tidak mau guru perlu merevisi dan merumuskan harapan belajar siswa semanis mungkin. Manis dalam artian menyentuh esensi, ringkas, realitas, dan tuntas.
Selebihnya? Perlibatan dan perenungan masing-masing siswa juga menjadi kunci lainnya. Jadi, tiada mengapa kita memperlambat umpan balik, yang penting siswa menyadari bahwa ketuntasan belajar itu tidak sekadar tertuang dalam kalimat "Aku dapat 95, Pak. Tuntas!"
Salam.
Ditulis oleh Ozy V. Alandika
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI