Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sarjana Pendidikan tapi Kerja sebagai Kontraktor di Pabrik, Apa Kata Emak?

27 Maret 2021   20:38 Diperbarui: 28 Maret 2021   11:30 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu pula dengan emak di rumah. Emak bisa saja ngeles dengan bercerita bahwa anaknya yang baru saja lulus sarjana sedang menunggu penerbitan ijazah. Dan barangkali, sang sarjananya juga demikian. Mereka masih menikmati euforia wisuda dan foto-foto skripsi yang terpajang rapi di perpustakaan.

Tapi ketika ijazah sudah didapat, legalisir tranksrip nilai rangkap 10 sudah dipegang, petualangan pun dimulai dan masing-masing diri pula terpaksa harus betah dengan posisi pengangguran.

Nyatanya takdir tiap sarjana pendidikan beda-beda. Ada sarjana yang baru menganggur 1 bulan tapi esoknya langsung diterima kerja, ada yang berbulan-bulan, bahkan tidak jarang pula yang banting setir seraya serong kanan mencoba usaha berjualan.

Aku pula demikian. Aku lulus dan mendapat ijazah sarjana pendidikan pada September 2016, sedangkan pekerjaan pertama kudapatkan pada Januari 2017. Di Curup, di kotaku tak ada satu pun lowongan waktu itu hingga akhirnya aku memilih untuk merantau ke Perawang (Riau).

Jalan tersebut aku pilih karena aku punya misi melanjutkan pendidikan magister ke UIN Suska, Pekanbaru. Tapi kenyataannya? 

Selama dua bulan aku hanya berteman dengan kata nganggur. Entah berapa lamaranku tertolak, sedangkan panggilan mengajar di SMP malah aku tolak.

Bukan apa-apa. Waktu itu aku belum punya kendaraan, sedangkan jarak tempat tinggalku ke sekolah nyaris 15 KM. Tawaran gaji? Rp 500.000. Lumayan besar lah bagi guru honorer, tapi aku sengaja menolak dan menunggu panggilan kerja sebagai kontraktor di pabrik pulp and paper.

Lho, kok sengaja pilih kontraktor, apa kata Emak?

Sarjana Pendidikan tapi Kerja sebagai Kontraktor di Pabrik, Apa Kata Emak?

Iya, aku yang sarjana pendidikan ini sengaja pilih kerjaan sebagai karyawan kontrak di pabrik karena hitung-hitungan gajinya aku rasa dapat membuka peluang yang lebar untuk melanjutkan kuliah. Selain itu, ijazah sebagai berkas persyaratan yang diperlukan cukup ijazah SMA. Sontak saja, ijazah S-1 aku sembunyikan.

Ilustrasi pabrik Pulp and Paper. Foto: cranecpe.com
Ilustrasi pabrik Pulp and Paper. Foto: cranecpe.com

Alhamdulillah, memasuki Februari 2017 aku benar-benar diterima sebagai kontraktor di pabrik. Pencapaian tersebut tidak lain karena doa Emak yang mulai resah melihat keadaanku yang sedang nganggur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun