Panduan berikutnya adalah, ajak siswa untuk menjelajah. Ya, guru mengajak siswa untuk memandang jagung sebagai sebuah fenomena dengan insight yang lebih luas.
Misalnya dengan menghadirkan beberapa masalah berikut:
Berapa banyak pohon jagung yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia secara nasional?
Bagaimana sikap pemerintah dalam menyikapi pohon jagung yang gagal panen maupun krisis ketersediaan lahan?
Bagaimana strategi yang perlu diracik oleh negeri ini agar kita bisa lebih banyak ekspor jagung ke negara lain?
Nah, alhasil, gegara belajar jagung, siswa secara tidak sadar telah diajak belajar matematika, ilmu pengetahuan sosial, ekonomi, serta bisa lebih banyak lagi. Semuanya bergantung pada guru, yaitu bagaimana keterampilan guru dalam mengembangkan materi ajarnya.
Apakah ini perihal yang berat untuk digapai?
Tidak. Guru hanya perlu terus belajar dan berlatih. Kalau siswa dituntut untuk berpikir kritis, berarti guru juga harus punya wawasan yang luas.Â
Jadi, tidak hanya sebatas metode pembelajaran lagi, melainkan lebih kepada pengembangan sebuah teori untuk diterapkan di dunia nyata.
Fenomena jagung tadi hanyalah contoh sederhana yang bisa aku sajikan. Guru-guru yang membaca tulisan ini bisa mengembangkannya agar lebih bagus lagi.Â
Toh, tidak harus melulu pakai teknologi, karena kita bisa berangkat dari segenap permasalahan yang ada di sekitar kita.