Ketika siswa lupa mengerjakan tugas, apakah tugas tersebut bakal langsung selesai jikalau siswa dimarahi di depan kelas? Jelas tidak. Disiplin memang wajib untuk digaungkan, tapi memulainya dengan kemarahan adalah kesalahan besar.
Daripada marah, mengapa guru tidak mencoba menggali lebih jauh mengapa siswa lupa bikin tugas.
Jika digali secara perlahan, biasanya guru akan mendapatkan alasan jujur bahwa siswa yang lupa bikin tugas bisa jadi karena mereka tidak mengerti dan bingung mau bertanya kepada siapa ketika di rumah.
Nah, sip! Jika itu alasannya, maka di situlah kesempatan guru untuk masuk ke hati siswa sembari menuangkan perhatiannya. Yaitu dengan menerangkan, menjelaskan, serta mentranfer ilmu yang siswa butuhkan. InsyaAllah, di hari esok siswa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Kelihatannya cara tersebut sangat sederhana, bukan? Tentu saja. Tapi sayang, kisahnya di dunia nyata tidaklah sesederhana itu. Selain siswa, guru juga punya segudang masalah.
Entah itu tentang cicilan rumah, cicilan mobil, arisan, hingga uang sekolah anak semuanya bisa menjadi cikal bakal kemarahan seorang guru di kelas.
Kalau sudah begitu, kunci terbaik agar tidak marah ialah dengan jangan bawa-bawa masalahmu ke ruang kelas. Datanglah ke kelas sebagai seorang guru yang ingin menuangkan ilmu dengan niat yang tulus serta meninggikan sabar.
Kalau niat sudah tulus, biasanya ketenangan hati mudah didapat sehingga guru bisa lebih bijaksana menghadapinya "kerasnya" kehidupan di ruang kelas.
Atau mau ditambah dengan wudhu? Wah, jalan itu sungguh lebih baik. Secara, marah itu ibaratkan api yang sedang berkobar dan api bakal segera padam jikalau disiram dengan air (HR. Ahmad).
Demikian, salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI