Alhasil, dalam menghadirkan tujuan pembelajaran sisi achievable harus ditinggikan dengan mengadakan pembelajaran yang bisa dicapai sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.
Termasuklah pada situasi pandemi hari ini. Target kurikulum bagus, tapi karena kondisinya darurat, akan menjadi tidak masuk akal bila siswa harus diberi tugas bergunung-gunung demi menuntaskan kurikulum. Kasihan anak-anak kita.
Keempat, R=Relevant.
Sejauh pandang kita, pada dasarnya begitu banyak siswa yang enggan menaruh perhatian belajar ketika melahap materi-materi tertentu.
Sebenarnya, hal tersebut tidak melulu berkisah tentang faktor guru yang kurang asyik maupun faktor mata pelajaran yang kurang diminati. Siswa bakal menyukai seluruh mata pelajaran asalkan materi yang ada di sana sesuai alias relevan dengan kondisi, situasi, hingga pengalaman mereka.
Lebih jauh, hal itu juga berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Bahwa ketika tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan "maunya" siswa, maka apa yang diharapkan guru maupun kurikulum bisa saja kandas. Ya, siswa kan merasa tidak butuh.
Jadi, demi merengkuh harapan belajar yang maksimal, kita sebagai guru tidak perlu terlalu teoritis bahwa kegiatan mengajar itu harus sama persis dengan RPP atau malah kegiatan mengajar ala buku.
Kita perlu lihat keadaan dan motivasi siswa agar bisa menemukan titik hebat mereka dari sana. Toh ketika siswa butuh materi ajar, atau bahkan menyukai materi tertentu, biasanya mereka telah menemukan secercah kehebatan. Jadi, guru tinggal memaksimalkan nilai lebih siswa tersebut.
Kelima, T=Timely.
Ketika berbicara tentang tujuan pembelajaran, rasanya kurang sahih kalau kita katakan bahwa tujuan itu hanyalah hasil. Untuk materi-materi tertentu, okelah, tapi kalau tujuan belajar disandarkan kepada hasil, maka sesungguhnya kita telah menentang jargon "long life education".
Nah, berkaca dari sana, seorang guru perlu membuat tujuan proses dengan rincian tujuan jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang.
Akan lebih baik lagi jika tujuan pembelajaran yang digaungkan itu saling berhubungan. Layaknya sebuah blog, dalam dunia SEO diperlukan sambung-menyambung antara tautan artikel satu dengan artikel lainnya. Begitu pula dengan tautan internal dan eksternal.
Semua itu dilakukan para bloger agar mampu merengkuh jumlah pembaca dalam waktu singkat, peningkatan otoritas domain, hingga menaikkan eksistensi blog di SERP.