"Bro, minyak rambut tancho-mu masih ada? Besok pagi-pagi bawa ke sekolah, ya."
Kamu telah mengirimkan 9 SMS. Ayo kirimkan 1 SMS lagi lalu dapatkan bonus 1000 SMS gratis ke seluruh operator. Berlaku 24 jam.
Hari itu hari Senin. Pemuda itu rela membawa sisir dan minyak rambut tancho warna hijau demi memperbaiki gaya rambutnya setelah upacara bendera. Kondisi WC di sekolah terkadang "miskin" air, tetapi kran di kantin sudah tersedia.
Menjadi kakak kelas di SMA memang indah. Penampilan adalah segalanya. Terlebih lagi ketika kakak kelas menjadi panitia MOS. Satu...dua...tiga perempuan cantik nan imut tidak bakal lepas dari lirikannya.
Jika nanti dapat yang "klik" di hati, maka tinggal berkirim surat atau bertitip salam kepada teman si adik kelas. Syahdan, barulah minta nomor ponsel demi pedekate melalui pesan seluler.
Tapi, sebelum semua itu terjadi, waktu istirahat dan kesempatan jajan di kantin adalah momentum besar yang bakal mendulang gelombang cinta. Terang saja, sengaja atau tidak sengaja bakal ada pertemuan yang mengakibatkan kedua anak SMA berlirik pandang.
Ah, lucu, lucu banget ketika diri kembali menyelam menuju saat itu. Terlebih lagi ketika suasana rindu terpancar melalui curcol teman sebangku. Ciyeee...ciyeee...ciyeee, irama rayuan yang menggetarkan hati segera naik level menjadi naksir. Ehem. Cinta monyet.
Atau...cinta pertama?
Terserah! Yang penting penampilan jangan setengah-setengah. Di SMA, anak laki-laki sebagai kakak kelas mulai ingin membebaskan diri dari aturan yang ketat.
Celana dasar diubah menjadi celana pensil, di mana harus pakai kantong kresek untuk mencopotnya. Aduhai, repot banget menjadi ganteng maksimal, ya!
Belum selesai. Rambut maunya panjang, dipangkas gaya reges alias cincang-cincang dengan poni menjulang, dan setelah itu dicatok. Pakai alat catok sendiri. Ehem, lagi-lagi pinjam dengan teman sekelas.
Ketika cinta kepada adik kelas telah tiba, pedekate sudah diusahakan, maka cinta monyet pun tercipta. Mencoba bertemu dan masuk ke esktrakulikuler yang sama. Sore hari main basket rame-rame, diselingi dengan jogging, dan lebih seru lagi main badminton berdua. Di lapangan.
Sedangkan pada malam harinya, kisah pun berlanjut dengan menghabiskan 1000 SMS gratis. Jikalau tersedia lebih banyak pulsa, berkirim MMS jadi solusi. Gambar-gambar gif yang cantik dan penuh cinta tentunya. Seminggu pertama, perhatian tidak pernah runtuh.
Tetapi, lain halnya ketika bulan demi bulan berlalu. Ikatan cinta monyet tidaklah kuat, ditambah lagi dengan segudang pandangan adik kelas lain yang lebih memesona. Alhasil, lahirlah cinta segitiga. Bosan dengan yang lama, putusin, lalu dekatin adik kelas yang baru.
Viral! Gosip di lapangan SMA pun merekah. Sang pemuda yang berminyak rambut tancho telah mendapat cap playboy. Meski begitu, kharismanya belum pudar karena ketulusannya menebar perhatian sangat berkesan nyata. Walaupun sebenarnya....Sandiwara.
Ketika di rumah, merengek-rengek kepada Ibu demi membeli minyak rambut. Rela dimarahi ayah gegara minta tambahan uang jajan lebih. Berani membohongi kedua orangtua, bilangnya minta untuk untuk beli LKS. Tapi ternyata...beli kalung perak untuk pacar baru.
Beberapa bulan kemudian, barulah cari alasan. Padahal sudah lebih dahulu dimarahi oleh guru. Hemm. Gayamu, Bro.
Lambat laun, minyak rambut mulai habis, dan rambut yang tadinya sudah dicatok berubah warna jadi kemerahan. Akhirnya, di-cokak, alias dicukur paksa oleh guru BK. Kakak kelas malu, tapi satu tahun kemudian, ternyata dia lulus SMA. Selamat, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H