Nak, duduk rapi lalu silangkan tanganmu di meja
Mari kita memandang papan tulis dengan segenap asa
Di sebelah kiri papan tulis ada penghapus dan spidol
Di atasnya ada mistar kayu panjang
Di sebelah kanan papan tulis ada paku berkarat
Semua untuk masa depan kalian, Nak
Tolong jangan tertawa!
Biarkan saja bercak hitam di sekujur papan tulis itu
Tidak akan mengganggu
Kalian juga tidak akan mau menulis terlalu banyak ilmu
Biarkan pula mistar panjang itu terpampang manis
Kalian tidak akan dipukuli lagi
"Masa depan itu lebih perih, Nak!"
Biarkan saja aku yang dipukul rotan karena tidak hafal perkalian
Biarkan pula perutku yang dulu dicubit karena lupa pakai tali pinggang
Angin dahulu lebih sejuk
Angin dahulu mampu menghembuskan segenap perihku hingga jauh
Enam tahun aku mengukur panjang jalan setapak hingga ke kantin sekolah
Aku beruntung selalu naik kelas
Tiga tahun aku menggemukkan otot betis di atas jalan raya
Aku beruntung tidak terkena kram dan asam urat
Pada tahun sisa, aku lebih sering ganti oli
Kakiku malah sering kram karena kurang jalan-jalan