Sejak kecil, aku sering dikisahkan cerita rakyat oleh Ayahku. Kisahnya kebanyakan berasal dari daerahku, yaitu seputar Curup dan Bengkulu. Ya, cerita rakyat memang seru, mampu meramaikan suasana ketika kami berada di ladang, sembari memasak air nira menjadi gula aren.
Lima bulan yang lalu, aku sudah pernah berkisah tentang putri sedaro putih yang menjadi cikal bakal munculnya pohon aren (bisa baca di sini), dan sekarang aku ingin sedikit berkisah tentang Muning Raib.
Mengapa aku angkat kisah Muning Raib? Soalnya, ada kutukan yang agaknya masih "menghantui" sejumput warga yang tinggal di kelurahan Dusun Curup bahkan hingga hari ini.
Kutukan itu adalah, pemuda maupun pemudi belum menikah yang berasal (lahir) di Dusun Curup tidak boleh pergi alias berkunjung ke gunung Kaba. Jika nekat, maka khawatir nanti akan hilang alias diculik oleh makhluk halus.
Untuk diketahui, gunung Kaba adalah salah satu gunung api mati yang dapat ditempuh sekitar 2 jam dari rumahku. Tingginya mencapai 1.952 m (ada juga yang menyebut tingginya 1.937 mdpl).
Di provinsi Bengkulu, gunung/bukit Kaba dipandang sebagai lokasi yang cukup angker karena dipercaya menjadi tempat tinggal Malim Bagus, seorang Muning (paman) yang Raib (hilang) dibawa oleh bidadari.
Kisahnya begini:
Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin (dalam suatu riwayat ditulis namanya Malim Bagus dalam riwayat lain tetap disebut Muning) dan dirinya tinggal di Dusun Curup bersama Ibu penyabar dan sosok ayah yang temperamental.
Muning disebut-sebut merupakan pemuda yang malas bekerja, pendiam, ceroboh, bahkan sehari-hari kegiatannya hanya memainkan gingong (seruling).