Barangkali begitu. Terlebih lagi bagi para milenial, barangkali mereka akan merasa kekurangan inovasi karena terbentur dengan birokrasi.
Sedangkan bagi milenial yang tidak bekerja sebagai PNS, mereka cenderung bebas dan suka menggebrak dengan cara yang tidak biasa alias memangkas birokrasi.
Sebagai contoh, lihat saja "tingkah" Mas Mendikbud Nadiem Makarim (lahir tahun 1984) yang sering bikin kita deg-degan saat mencanangkan sebuah kebijakan.
Bahkan, setahuku inisiasi peralihan CPNS guru ke PPPK muncul dari beliau, loh. Ups. Maka dari itulah, rasa-rasanya sistem pendidikan kita bakal dijalankan ala "Startup" sembari mencoba membelah kekakuan birokrasi.
Meski demikian, eksistensi generasi milenial tak sepenuhnya bisa menyenangkan "umat". Hal ini seirama dengan mundurnya dua anak muda dari jabatan Stafsus Pak Jokowi. Ialah Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra.
Belva mencuat gegara polemik Kartu Prakerja yang di-pedekate-kan dengan Startup, sedangkan Andi mengaku ingin bebas fokus mengabdi di bidang usaha perekonomian mikro dan menengah.
Nah, kalaulah kemudian orang-orang milenial yang "doyan startup" dan cenderung ingin bebas terjun ke dunia PNS, aku kira kasusnya nanti tidak akan beda jauh dengan mereka yang resign di tengah jalan. Tidak cocok.
Ya, profesi PNS tidak selalu cocok dengan karakter milenial. Makanya profesi PNS bakal dianggap tidak lagi "seksi".
Meski demikian, aku kira di mata banyak guru profesi PNS itu cenderung masih "seksi". Alasannya?
Pertama, selama ini jenjang karier guru sebagai sebuah profesi pengabdian adalah PNS. Sebagai bukti, gairah pendaftar jalur PNS masih menggelora.
Aku hadirkan satu contoh. Di tahun 2019 kemarin, kabupaten tetangga (Lebong) di kotaku menghadirkan 100 formasi CPNS. Tapi, jumlah pendaftarnya begitu membludak, lebih dari tiga ribu delapan ratus pendaftar. Mengapa demikian banyak? Karena PNS adalah kesempatan.
Kedua, dibandingkan dengan para PNS yang bekerja di lingkungan perkantoran, pekerjaan PNS guru cenderung lebih memangkas kejenuhan. Soalnya, guru berhadapan dengan anak-anak, dan rutinitas mengajar biasa dikreasikan seasyik mungkin.