Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Musim Hujan, Jomlo, Sekolah Jauh: Ah, Lengkap Sudah!

5 Januari 2021   21:59 Diperbarui: 6 Januari 2021   04:08 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harusnya ember ini penuh dengan pakaian kotor. Tapi, hari ini cerah. Jadi aku relatif lebih rajin. Ciee. Dok. Ozy V. Alandika
Harusnya ember ini penuh dengan pakaian kotor. Tapi, hari ini cerah. Jadi aku relatif lebih rajin. Ciee. Dok. Ozy V. Alandika

Mau bagaimana lagi, kehadiran musim hujan bagi jomlo tidak melulu bercerita tentang kesepian gegara jalan-jalan. Bagi jomlo yang pakaiannya dicuci sama Ibunda, atau adik perempuan sih enak. Tapi bagi jomlo yang sudah diajar mandiri sejak kecil?

Tambah lagi, sekarang aku sudah mengabdi di sebuah sekolah negeri di kabupaten sebelah. Kalau manajemen waktuku amburadul, mungkin jalan laundry sudah aku pilih. Meski begitu, aku tidak ingin memilih laundry. Soalnya aku sering menyisakan beberapa lembar uang di saku celana.

Tapi bulan ini musim hujan mulai menyapa. Aku jomlo, sekolahku jauh pula. Hemm, lengkap sudah!

Musim Hujan, Jomlo, Sekolah Jauh: Ah, Lengkap Sudah!

Sebelum mengajar di SD di kabupaten sebelah, sejatinya aku juga sudah cukup sering melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda motor.

Ya, setiap hari Jumat-Minggu aku sering bolak-balik dari Curup ke Bengkulu demi menyambung kuliah magister. Jarak tempuhnya sekitar 90KM, kalau bolak-balik berarti 180KM. Belum ditambah jalan-jalan, kan?

Nah, di bulan Januari 2020 lalu aku punya pengalaman yang cukup "mengerikan". Di sepanjang perjalanan ke Bengkulu itu ada yang namanya liku 99. Sesuai dengan namanya, jalan di daerah ini penuh liku, menebing dan menurun melewati gunung di bawah teduhnya pohon-pohon.

Namun, ketika hujan mulai tumpah dari langit dunia, jalan liku 99 tersebut menjadi begitu mengerikan. Ya, jalannya licin bukan kaleng-kaleng.

Kalau kita menaiki motor lalu mengerem secara mendadak, biasanya akan rawan terjadi kecelakaan. Ban motor tidak akan berhenti karena memang jalannya yang sangat licin.

Aku pula demikian. Waktu itu, sepulang dari kuliah, aku tetap memacu sepeda motor di tengah hujan. Hujan tidak deras, jadi tidak mengapa aku melaju. Tapi, waktu itu aku sempat gagal fokus hingga tak sengaja memijak rem di tikungan.

Aku tidak terjatuh, tapi motorku berputar arah hingga 180 derajat dan tidak sengaja menyeberang hingga keluar jalur lintasan. Beruntung waktu itu tidak ada mobil atau kendaraan lain yang lewat. Kalau saja lewat, maka entah bagaimana takdirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun