Kedua sistem pembelajaran ini bisa dipilih, bisa dimaksimalkan salah satunya, bahkan bisa dikolaborasikan melalui hybrid learning maupun blended learning. Guru bisa memilih, tapi kepala sekolah, pengawas, disdik daerah, hingga Kemendikbud juga kasih arahan.
Seperti halnya pelaksanaan PJJ. Kalau survei menemukan bahwa implementasi PJJ itu membuat siswa jenuh, maka solusinya bukan berarti harus tatap muka, kan?
Sama saja seperti kita menjemur biji kopi di halaman, tapi ketika hujan turun, kita malah menutup gorden dan membiarkan kopinya kebasahan. Mungkin caranya benar, tapi salah dari sisi prioritas.
Akan lebih baik bila dicarikan solusi agar derajat kejenuhan siswa itu bisa dikurangi, sembari melihat situasi di lapangan. Pandemi sudah surut apa belum.
Mengapa permasalahan PJJ perlu dicarikan solusi? Saya kira, di masa depan, PJJ itu dibutuhkan, terlebih lagi dengan gaungan digitalisasi pendidikan yang semakin digencarkan. Alhasil, PJJ juga ikut menjadi faktor kunci keberhasilan pendidikan di tahun 2021.
Bayangkan bila kemudian pandemi sudah surut, lalu kita menerapkan pembelajaran tatap muka. berselang 3 bulan, tiba-tiba ada tantangan baru yang mengharuskan sekolah menggelar PJJ.
Nah, bagaimana? Masa iya kita harus kembali berkutat dengan problema kejenuhan dan kebosanan?
Kunci Keberhasilan Pendidikan 2021: Sistem Pembelajaran yang Menjangkau Semua
Jika ada sebagian dari kita yang menganggap bahwa kunci keberhasilan pendidikan 2021 adalah digelarnya sekolah secara tatap muka, rasanya kunci tersebut masih kurang cukup.
Ibarat sebuah rumah, pembelajaran tatap muka ibarat kunci yang dapat membuka gembok pagar. Sedangkan kunci pintu rumah, kita belum tahu karena sejatinya masalah pendidikan itu begitu kompleks.
Tidak jauh bersebrangan, kunci keberhasilan pendidikan 2021 juga sama.