Ketika kita berbicara tentang pendidikan sebagai sebuah sistem, ketika itu pula kita perlu menyelam lebih dalam tentang komponen-komponen dari sistem pendidikan yang dimaksud.
Apa saja komponennya? Mulai dari tujuan pendidikan, siswa, guru, kurikulum, manajemen, waktu, alat dan sumber belajar, hingga fasilitas pembelajaran semuanya perlu ditata sedemikian rupa.
Meski demikian, ketika kita menatap eksistensi pendidikan sepanjang tahun 2020, agaknya hal mendesak yang perlu untuk segera dicari solusinya adalah tentang sistem pembelajaran.
Sejak pandemi hadir di Bumi Pertiwi tercinta, hari demi hari hingga bulan demi bulan banyak orang sibuk memperdebatkan sistem pembelajaran.
Sistem tatap muka, atau daring. Setengah tatap muka, syahdan setengah daring. Bahkan sudah hadir berbagai survei demi merengkuh seberapa besar persentase siswa, guru, hingga orangtua terkait implementasi sistem pembelajaran.
Padahal...
Hadirnya sistem pembelajaran yang beragam bukan untuk diperdebatkan dengan bersandar dari efektivitas, melainkan untuk dipilih sesuai dengan situasi di lapangan.
Kalaulah kemudian argumen dan gagasan yang hadir harus berpijak dari kefektifan pembelajaran, sangat jelas bahwa sistem pembelajaran tatap muka itu lebih efektif. Tetapi, hari ini, bahkan mungkin esok hari kita belum tahu kapan pandemi berakhir.
Lagi-lagi pandemi adalah sebuah bencana sekaligus tantangan besar bagi sektor pendidikan.
Dengan demikian, untuk meraih keberhasilan pendidikan di tahun 2021, bukan soal setuju dan tidak setuju terkait pembukaan sekolah tatap muka yang kita perbebatkan, melainkan mencari solusi untuk menerbitkan sistem pembelajaran yang menjangkau semua.
PJJ Itu Penting, dan Pembelajaran Tatap Muka Itu Dibutuhkan
Baru-baru ini, KPAI merilis sebuah survei singkat terkait pendapat siswa tentang pembukaan sekolah tatap muka Januari 2021. Hasilnya, dari total 62.448 responden, sebanyak 78,17 persen menyatakan setuju sekolah tatap muka dibuka.