Hadirnya Mas Nadiem selaku Mendikbud muda visioner agaknya menjadi kabar baik bagi pendidikan.
Selain karena kursi jabatan beliau yang sepertinya sudah aman dari aksi reshuffle, Mas Nadiem juga sangat sering menegaskan bahwa orientasi pembelajaran didasarkan atas kebutuhan siswa.
Ya, sederhananya seperti ajakan agar guru mengajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak-anak di sekolah sekaligus di dunia nyata.
Kurikulum Darurat yang terbit sejak Agustus kemarin rasanya telah menjadi arahan khusus agar guru, orangtua, hingga siswa melakukan bimbingan dan pembelajaran yang disandarkan atas kebutuhan esensial sehari-hari.Â
Lagi-lagi ini merupakan kabar baik, meskipun masih sekadar teori.
Sudah ada keseriusan lebih lanjut tentang perkara melek orientasi pembelajaran dari pihak pemangku kepentingan pendidikan. Sedangkan dari tiap-tiap satuan pendidikan, sistem UN dan ranking kelas pun sudah dihapus. Seiring sejalan, feed back-nya akan benar-benar terasa.
Melek Sistem Pembelajaran
Eksistensi pandemi yang memasuki usia 10 bulan ini agaknya mengajak kita untuk semakin banyak bercerita.Â
Terang saja, hadirnya bencana menyebabkan stakeholder di sektor pendidikan harus buru-buru beradaptasi. Jika tidak, barangkali wajah pendidikan kita bakal semakin kusam.
Atas dasar inilah kemudian kita para siswa, mahasiswa, guru, dosen, hingga orangtua "dipaksa" akrab dengan teknologi sekaligus sistem pembelajaran jarak jauh.
Sebagian praktisi mungkin berpendapat bahwa PJJ bukanlah hal baru. Itu benar, aku tak menyanggah, karena jauh sebelum pandemi aku juga sempat mengikuti pelatihan LMS (Learning Management System) bersama para guru. Meskipun penerapannya masih terkendala.