Sebagai contoh, mari sama-sama kita amati pembukaan materi ajar pembelajaran tematik kelas IV SD berikut ini:
Pada dasarnya, sajian materi ajar pembelajaran tematik K-13 revisi terbaru di atas bisa dijadikan pedoman alias pijakan guru untuk mewujudkan pendekatan mengajar dari sisi afeksi.
Melalui gambar tersebut, siswa bisa diajak untuk merasakan bagaimana seru dan asyiknya bekerja sama dalam keberagaman. Apakah ini adalah materi pelajaran PKN? Bisa jadi iya, tapi tidak menutup kemungkinan untuk merambat ke pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, hingga Agama.
Syahdan, pengembangannya bagaimana?
Untuk mengembangkan kemampuan mengajar dari ranah afektif, setidaknya guru perlu mengenal lebih jauh tentang karakteristik dari afektif itu sendiri.
Tertuang dalam juknis penilaian ranah afektif, ada 5 karakteristik utama yang perlu dijadikan dasar pengembangan pengajaran. Berikut sajiannya:
Bersandar pada karakteristik di atas, sejatinya afeksi tidak melulu disandarkan kepada "aksi" siswa dalam menyikapi fenomena-fenomena tertentu yang disajikan. Afeksi juga berkisah tentang pengenalan siswa terhadap konsep dirinya, minat, nilai, hingga aspek moral yang ada di sekelilingnya.
Ketika kita berkaca pada kurikulum nasional hari ini (Kurikulum 2013), afeksi dipecah menjadi dua, yaitu sikap sosial dan sikap spiritual.
Suka-suka peracik kurikulum saja, sih, karena pada dasarnya karakteristik yang terkandung dalam afeksi tidak akan berubah. Yang berubah hanyalah tantangan zaman dan tuntutan kualitas pendidikan di hari esok.
Baiklah, agar pemahaman kita semakin mendalam tentang pentingnya mendahulukan afeksi dalam pembelajaran, bisa diamati salah satu contoh pengembangannya pada sajian berikut ini: