Sejauh pandangku, Rewards dalam menulis itu hanyalah bagian dari proses. Kalau kita rasakan bersama, kegiatan menulis adalah proses yang tidak pernah selesai. Kecuali pada 2 situasi, yaitu ajal dan kiamat.
Sebagaimana ucapan yang dituangkan oleh Khalifah Umar bin Khattab, bahwa proses mencari ilmu itu berawal dari kesombongan, kemudian menjadi rendah hati. Sedangkan tingkat tertinggi adalah merasa tidak tahu apa-apa.
Kukira, hal tersebut juga berlaku sepenuhnya dalam kegiatan menulis. Bahwa menulis itu adalah proses, dan proses itu butuh kesabaran.
Di sisi yang sama, Imam Asy-Syafi'i rahimahullah juga menerangkan bahwa menulis adalah kegiatan mengikat hewan buruan. Analoginya, ketika kita berburu rusa tapi kemudian rusa itu dibiarkan saja, maka ia akan terlepas. Nah, itulah kehebatan orang yang menulis.
Alhasil, aku ucapkan selamat pada diriku, dirimu, dan kita semua yang terus berteduh di payung konsistensi untuk menulis. Kita semua sejatinya adalah pemenang, karena kita sudah mengikat hasil buruan berupa ilmu dan kebaikan.
Pada dasarnya, setiap orang terkadang memiliki kesempatan untuk maju, baik secara sendiri maupun dengan bersama-sama.
Tapi, ketika kita sandingkan gagasan tersebut dengan kenyataan, ternyata maju saja tidak cukup. Contoh sederhana dapat kita petik dari game T-Rex race alias halang rintang yang telah kita mainkan bersama dalam 3 hari terakhir.
T-Rex mungkin akan selalu maju, tapi dirinya akan tumbang ketika berhenti. Dalam dunia yang kompleks ini, rasanya kita perlu memetik hikmah dari permainan Halang Rintang dengan cara melompat bersama-sama, berlari bersama-sama, dengan membawa segunung kebaikan.
Rasanya, ketika berkisah tentang #MulaiDariKita, sesungguhnya aku dan kamu juga berbicara tentang perubahan. Nyatanya perubahan itu tidak akan datang tanpa adanya perubahan yang lain. Dengan demikian, sangat diperlukan penguatan yang juga dari kita.
Ada teman yang dulunya rajin menulis, tapi sekarang mulai loyo, sudah menjadi tugas kita untuk menyemangati. Begitu pula dengan diriku, jika suatu hari aku mulai "angin-anginan", KITA semua jangan malu untuk menyuntikkan tenaga baru.
Mudah-mudahan aku, kamu, dan kita semua tidak bersembunyi empuk di belakang kata "sibuk"!
Tapi, sebenarnya kita semua sama-sama sibuk, sih. Hehehe. Tak mengapa, lah. Kata para kyai, dunia tak perlu dikejar sampai sebegitunya. Ibarat meminum air laut, makin diminum makin haus. Maka darinya, lebih baik kita menata dan memelihara prasangka baik dalam lisan dan hati.