Masih ingatkah engkau dengan kisah para penggoyang langit dan penggempa tanah? Bahkan mereka rela menggelorakan samudra agar tidak jadi kuli.
Kulit dan wajah mereka rimpuh, tapi bukan untuk beternak diri. Tumpah darah mewujudkan cita, banjir keringat demi tanah. Tanah air tercinta.
Masih ingatkah engkau dengan pergerakan para pemuda? Mereka sadar dari khayal. Punya cita-cita. Tak mau digunduli.
Hati mereka teguh untuk mengubah dunia. Melangkah panjang. Juga ingin jatuh di antara bintang-bintang yang berhiaskan sekarung mutiara.
Sedangkan pemuda dan pemudi hari ini?
Tak akan penuh segelas air hanya dengan ucap ikrar.Tak akan deras aliran sungai hanya dengan mengaku menggeser batu. Tak akan subur tanah air jika masih apatis terhadap keberagaman.
Jangan tahan keringatmu. Jangan rapuhkan persendianmu karena terlalu lama menunggu. Belum tentu kita masih terlelap ketika rembulan datang. Mana mungkin tanah akan menggempa.
Pemuda dan pemudi. Mutiara ada di dasar palung kesatuan. Kita harus basah. Mutiara tak mungkin muncul ke permukaan karena mendengar sumpah. Kita harus menyelam. Karena kitalah para penjemput mutiara.
Curup, 28 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H