Kalau di rumah, kita tak punya polybag, maka kita bisa gunakan bekas wadah mi instan untuk menyemai calon tunas cabai rawit. Tentu saja kita tidak akan mengeluarkan biaya tambahan. Apalagi harus capek-capek beli mi instan seratus porsi. Kan kasihan dengan usus dan lambung. Nanti mereka kenapa-kenapa lagi! Hem
Andai di rumahmu, polybag tidak punya, wadah mi instan belum ada, lagi-lagi tak perlu resah dan gelisah hingga hilang senyum manis di wajah. Kita cukup cari karung bekas bungkus semen sewaktu dulu pernah bangung rumah. Pasti ada, kan? Ada dong.Â
Nah, ketika tunas cabai rawit mulai eksis ke dunia atas tanah kira-kira 3-4 minggu, maka bisa segera kita pindahkan ke bedengan alias lahan terbuka. Ini khusus bagi kita yang punya lahan, ya.Â
Tidak perlu banyak, sih. Satu bedengan sepanjang 3 meter saja sudah oke kok. Soalnya jarak tanam cabai rawit tidak terlalu lebar. Paling-paling sekitar 2-3 jengkal tangan orang dewasa.
Lagi, nih, ya. Kalau kita punya sedikit lahan, ada baiknya tumbuhan cabai rawit jangan kita biarkan sendirian. Lha, truk saja gandengan, kan. Masa cabai rawit tidak!Â
Ups. Maksudku, temani cabai rawit dengan tanaman yang mudah tumbuh seperti terong, lumai, hingga singkong.
Lho, kok singkong juga, Bang? Ya, seperti yang ku katakan di awal tadi, sejatinya cabai rawit tumbuhnya tidak "rewel". Cabai rawit yang tumbuh di tempat yang cenderung sering teduh biasanya lebih aman dari serangan daun keriting. Rebonding, dong?Â
Bukan,kenyataannya memang begitu. Bahkan, di ladangku sempat kami tanam cabai rawit di bawah pohon aren. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Ladang sudah tak aman lagi, Bro! Maka dari itulah, cabai rawit mendingan kita tanam di tempat yang aman, seperti contoh, di pekarangan rumah.