Ketika kuberitahu ayah tentang pisang tersebut, ayah pun langsung tergugah dan penasaran. Akhirnya? Ya, cerita kami jadi panjang dan berkutat tentang keunikan pisang tadi.
Di sisi lain, di waktu sibuknya, ayah juga sempat mengajarku ilmu yang cukup unik. Misalnya, ilmu tentang menemukan angka yang hilang.
Nah, aku coba praktikkan di sini ya. Misalnya ayah memberikan aku angka 4.321, kemudian ayah memintaku untuk menyembunyikan angka yang hilang dengan terlebih dahulu mengurangi angka 4.321 dengan jumlah 4+3+2+1 (=10). Berarti 4.321 -- 10 = 4.311
Setelah aku dapat hasil 4.311, maka aku akan sembunyikan salah satu angka dengan menyebutkan 3 angka saja kepada ayah. Misalnya 431. Lalu, dengan mudahnya ayah akan menebak bahwa angka yang hilang adalah angka 1.
Berhari-hari hingga berbulan-bulan aku bermain angka ini di ladang, akhirnya ayah memberitahu kepadaku bahwa kunci untuk menemukan angka hilang tadi adalah dengan bersandar pada angka 9 dan kelipatannya.
Semisal, angka 431 dijumlahkan. 4+3+1 = 8. Kemudian angka kelipatan 9 yang lebih besar kita kurangi dengan 8. Berhubung angka 9 lebih besar, maka 9-8 = 1. Dan ditemukanlah angka 1 tersebut.
Selama aku belajar di sekolah formal, belum pernah sekalipun ada guru yang mengajarkan ilmu ini kepadaku, kecuali ayahku sendiri. Mungkin, kalau Pak Rudy Gunawan selaku Numerolog baca tulisan ini, beliau bisa menjelaskan sedikit tentang apa nama ilmunya. Hihihi. Bantu ya Pak.
Terakhir dan yang tak pernah terlupa olehku, sebagai pendamping, sejatinya ayah selalu menyempatkan diri untuk mengapresiasi usahaku. Seperti contoh, ayah rela menyadap aren jam 5 subuh demi ikut mendampingiku mengambil rapor. Begitu pula ketika aku wisuda sarjana.
Ayah pergi ke ladang gelap-gelap, kemudian menyusulku untuk ikut mengambil penghargaan dan hadiah wisuda. Harapku, di sisa usiaku dan usia ayah, semoga aku bisa terus menyenangkan hati ayah, sekaligus juga membuat ayah bangga atas keringatku.
Salam.