Sejatinya ayah cukup "keras" dalam mendidikku. Dalam artian, aku selalu dibiarkan untuk merasa lelah hingga berbasah dengan keringat, baru kemudian memetik hasilnya.
Bahkan, sejak seusia SD pun aku sering diminta untuk mengangkat kayu yang berat-berat. Saking percayanya ayah padaku. Padahal, aku sendiri minder dengan tubuhku yang pendek. Kataku dalam hati, mana mungkin aku sanggup mengangkat benda yang berat-berat.
Tapi, begitulah ayah. Beliau selalu percaya denganku, juga selalu percaya bahwa sejatinya aku bisa melakukan apa yang ayah minta. Dan hebatnya, ayah juga sudah menebak bahwa hasil keringatku pasti ada balasannya.
Semisal, saat kami didatangi nenek di ladang. Biasanya nenek saat ingin pulang selalu meminta ayahku untuk mengantarkan kayu kopi (kayu masak) maupun biji kopi basah hingga ke pinggir jalan raya agar nanti bisa diangkut oleh angkot. Tapi...
Ternyata ayah selalu menyuruhku. Hingganya, kumpulan kayu dan beberapa karung kopi yang harusnya selesai diangkut sekali jalan oleh ayah, malah berubah jadi tiga kali jalan ketika aku yang mengangkutnya. Padahal ayah tidak sibuk, tapi ayah malah menyuruhku untuk berkeringat.
Dan ending-nya, aku malah dapat uang jajan dari nenek. Mungkin sejenis upah angkut. Nominalnya sejatinya sedikit, tapi ketika aku yang kelelahan merasakannya, malahan aku sangat rugi untuk membelanjakannya. Meskipun ujung-ujungnya aku belikan es tong-tong, sih. Hehehe
Dan sekarang aku selalu sadar bahwa, apa yang ayah ajarkan kepadaku dahulu adalah tentang kemandirian. Mungkin karena aku anak sulung, hingganya tingkat usahaku harus lebih giat. Tapi, aku tidak akan bertanya-tanya lebih jauh tentang itu. Sudah pasti ayah akan enggan menjawab.
Ketiga, Pendamping yang Selalu Menyempatkan Diri dengan Sebuah Keunikan
Adapun hal ketiga yang membuat aku mencintai ayah setulus dan sepenuhnya ialah, ayah merupakan sosok pendamping yang selalu menyempatkan diri.
Sejak kecil, ketika aku menemukan sesuatu yang unik, ayah selalu menyempatkan diri untuk mendampingi dan menjelaskan kepadaku tentang keunikan tersebut. Terkadang, beliau juga suka meninggalkan kesibukannya walau hanya sebentar demi menemaniku.
Seperti contoh, dulu sewaktu SMP aku sempat menemukan hal unik. Ya, ada pisang jantan yang buahnya tumbuh di tengah-tengah batang. Lha, jelas aku takjub. Biasanya kan pisang selalu memunculkan jantung dan berbuah dari pucuk. Ini tidak, malahan, berbuah dari batang.