Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memaksimalkan Peran Kurikulum Darurat Layaknya "Bendera Esensial" dalam Sepak Bola

6 Oktober 2020   19:20 Diperbarui: 7 Oktober 2020   21:18 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurikulum Darurat menghadirkan relaksasi peraturan untuk memudahkan adaptasi guru terkait PJJ. Dok. Kemendikbud

Sedihnya, situasi dan kondisi hari ini kan sedang darurat? Bahkan, walaupun pandemi masih menjangkit, pertandingan sepak bola musim 2020/2021 tetap jalan. Peran bendera esensial pun tak pernah berubah, meskipun mayoritas suporternya sudah lebih banyak menonton dari rumah.

Lagi-lagi kembali kepada peran. Maka dari itu, untuk memaksimalkan peran Kurikulum Darurat dalam kondisi pandemi, kita perlu memaksimalkan kelebihan dari kurikulum itu sendiri.

Kalau kita menilik alasan dan kelebihan dari Kurikulum Darurat, maka gagasan yang tertuang adalah, Kurikulum Darurat dihadirkan demi memudahkan guru dan sekolah untuk beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh.

Kurikulum Darurat menghadirkan relaksasi peraturan untuk memudahkan adaptasi guru terkait PJJ. Dok. Kemendikbud
Kurikulum Darurat menghadirkan relaksasi peraturan untuk memudahkan adaptasi guru terkait PJJ. Dok. Kemendikbud

Sedangkan kelebihannya? Kurikulum Darurat lebih sederhana, KI dan KD yang tersedia di laman bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id sudah dipangkas, serta implementasi kurikulum ini akan lebih menyentuh esensi dari pembelajaran.

Tapi, sayangnya, di era PJJ Kurikulum Darurat belum berperan sebagai "tokoh utama" pembelajaran.

Penghalangnya adalah aspek sosialisasi kurikulum ke sekolah-sekolah yang masih kurang gencar (apa gara-gara hanya kurikulum alternatif kali ya!), dan saya kira, belum ada terdengar pelatihan atau sekadar workshop implementasi Kurikulum Darurat. Yang ada baru sebaran surat via medsos.

Jadi, kalaupun kemudian akan ada lagi evaluasi terkait pelaksanaan PJJ dengan sistem daring maupun luring, maka bisa diduga bahwa permasalahan PJJ masih berkisah tentang banyaknya tugas siswa dan ngebetnya guru dalam mengejar ketuntasan kurikulum.

Hal ini wajar, kan? Di saat PJJ belum maksimal, guru masih betah menggunakan Kurikulum Nasional, sedangkan Kurikulum Darurat belum berperan sebagaimana yang diharapkan para peraciknya.

Padahal, jika Kurikulum Darurat mampu berperan sebagai pedoman pembelajaran pada kondisi khusus, maka hasilnya akan positif loh! Minimal, mendekati perannya bendera esensial yang tak mungkin tersalahkan dalam sebuah pertandingan sepak bola.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun