Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuota Belajar dan Belajar "Menghabiskan" Kuota

2 Oktober 2020   20:38 Diperbarui: 3 Juni 2021   13:45 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan Tangkapan layar Whatsapp berisikan dialog dengan siswa terkait penggunaan kuota belajar (Dok. Ozy V. Alandika)

Memang, lagi-lagi saya tekankan bahwa subsidi kuota bukanlah jalan yang mampu menyentuh esensi belajar secara langsung. Tetapi, paling tidak, dari segi ekonomi, pelaku pendidikan dapat sedikit lebih ngirit.

Bahkan, dampak yang sebenarnya kurang tampak di pelupuk mata kita adalah, pendidikan di era pandemi ini semakin mendekatkan para pelakunya menuju digitalisasi.

Barangkali ada pula sebagian orang yang menganggap bahwa Kemendikbud seperti "calo" aplikasi belajar online. Tapi, berbagai aplikasi online yang dihadirkan oleh Kemendikbud kan hanyalah opsi. Toh, tidak semuanya harus berbayar, kan?

Maka dari itulah, seiring dengan telah dihadirkannya bantuan kuota, implementasinya di lapangan dikembalikan lagi kepada kebijaksanaan para penggunanya. Baik guru, siswa, mahasiswa hingga dosen tentu bisa lebih arif dalam mengelola subsidi kuota tersebut.

Kuota Belajar dan Belajar Menghabiskan Kuota

Kalau kuota internet umum, mudah saja menghabiskannya. Siapapun penjelajah internet bisa sering-sering nonton YouTube, mengunduh film, hingga unggah foto maupun video di dunia medsos. Tapi, kalau kuotanya adalah kuota belajar, bagaimana?

Semisal, kita fokus saja kepada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kuota belajar yang diberikan oleh Kemendikbud totalnya adalah 30 Gb, sedangkan kuota umum ada 5 Gb. Tidak masalah yang kuota umum, kita bahas saja bayangan penggunaan kuota yang 30 Gb.

Karena saya sendiri belum dapat subsidi kuota dan di sekolah kami juga belum ada dukungan sinyal, maka saya mencoba untuk berdialog dengan murid-murid lama di sebuah grup WhatsApp. 

Saya periksa, ternyata siswa SMP dan SMA yang pernah saya ajar ini seluruhnya sudah mendapatkan bantuan kuota yang dikirim oleh Kemendikbud pada akhir September kemarin.

Lalu, apakah saya menanyakan bantuan itu cukup atau tidak? Agaknya, jawaban "Alhamdulillah sudah dapat, Pak" sudah cukup untuk menjawab pertanyaan saya. Toh, syukur adalah perwujudan dari kecukupan atas sesuatu, kan?

Baca juga: Proses Panjang Mendapatkan Bantuan Kuota Belajar Kemendikbud

Syahdan, tidak hanya tentang kuota belajar, saya pun menanyakan kepada mereka mengenai aplikasi pembelajaran apa saja yang biasa dipakai oleh guru. Jawabannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun