Sepertinya, setan jomblo telah merasuki hati Rudi hingga ia tega bunuh diri.
Tidak lebih dari 30 menit, tubuh Rudi sudah enggan bergerak. Mungkin, mungkin ia sudah mati membawa perasaan jomblo. Andai saja tadi Rudi tak pernah ke gubuk dan bersua dengan Ayu, mungkin ia takkan bersikap sebodoh ini. Dasar Rudi!
***
Dua jam telah berlalu, dan malam Kamis sudah mendekati puncaknya. Pukul 23.30 WIB, tubuh Rudi sudah sangat kaku. Darahnya sudah mengering.
Tapi, tunggu dulu! Tiba-tiba saja Rudi bisa melihat sekujur tubuhnya. Tentang pisau yang masih menancap di dada, tentang darah kental sisa yang memerahkan comberan, Rudi jadi sadar akan semuanya.
"Hahaha...Hahaha" Rudi malah senang. Ternyata arwah pria jomblo ini gentayangan. Dipegangnya tiang gubuk, tapi tidak bisa. Dipegangnya pisau yang masih menancap di dada, juga tidak bisa. Rudi resmi jadi hantu jomblo.
"Tunggu saja kamu Ayu. Kamu juga, Elang! Hahaha...Hahaha"
Arwah jomblo ini tak berhenti bahagia. Rudi sudah keduluan senang karena bisa dipastikan bahwa ia akan menakut-nakuti sejoli muda.
Ini sempurna! Kegalauan Rudi sudah sirna. Rudi bisa melihat tubuhnya yang penuh bercak darah. Menakutkan, dan siap untuk menakuti. Ia coba berdiri, dan ternyata bisa. Ia coba berjalan, juga bisa. Dengan tawa, Rudi segera menjauh dari gubuk sederhana yang telah mengubah takdirnya.
"Wuuusssh!" Hantu jomblo ini bisa berlari secepat kilat. Tapi, belum sampai 10 meter Rudi berlari, terdengar ada teriakan melengking dari belakang gubuk.
"Woy! Rudi! Mau ke mana kamu. Bayar dulu!"