Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

3 Persamaan Kompasiana dengan Gula Aren

8 September 2020   16:30 Diperbarui: 8 September 2020   16:54 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gula Aren. Dok. Ozy V. Alandika

Di Kompasiana juga begitu.

Contoh takaran yang tidak normal misalnya, merusuhi akun Kompasianers dengan spam yang isinya iklan produk, memanipulasi viewers demi meraih K-Rewards, hingga memprovokasi salah satu Kompasianer melalui fitur percakapan. Jelas perilaku ini membuat yang manis jadi asam.

Ketiga, Kompasiana dan Gula Aren Terkadang Sama-Sama Suka "Ngaret"

Semanis-manisnya rasa gula aren, pasti ada yang pahit, dan pasti ada sejumput kekesalan dalam proses pembuatannya. Salah satu kekesalan itu adalah, ketika aku mendapati gula aren yang "ngaret".

Istilah ngaret adalah keadaan ketika gula aren tak mau kering saat sudah dimasak, rasanya pahit, dan bila dibiarkan lama-lama, gula aren akan membatu. Sederhananya, gula aren gagal dibuat.

Keadaan ini sungguh membuat galau petani gula aren, bahkan derajat kekesalannya lebih tinggi daripada menerima undangan pernikahan sang mantan yang terselip di bawah pintu rumah.

Terang saja, 6-8 jam memasak air nira, membakar kayu, tapi ending-nya malah gagal. Rasanya mau nangis, tapi keringat sudah habis. Eh, tapi petani gula aren enggak baperan. Emangnya kamu, yang susah move on dari mantan! Upps. Peace!

Gula aren terkadang suka "ngaret", dan bagiku, Kompasiana terkadang juga suka begitu. Kengaretan yang sempat kuamati beberapa bulan ke belakang hingga hari ini adalah, proses "sosialisasi" tulisan K-ners ke media sosial Kompasiana yang terkadang "berat sebelah."

Ada tulisan Kompasianer yang di-share ke twitter dan FB Kompasiana, ada yang cuma sampai ke twitter saja, dan ada pula tulisan yang tidak "disosialisasikan" sama sekali walaupun telah lolos moderasi.

Jawaban admin? Soal sebar-menyebar konten, seingatku admin telah menegaskan bahwa kerjaan tersebut sudah diatur secara otomatis menggunakan mesin. Tapi, kalau tulisan Kompasianer ada yang di-share dan ada yang tidak, bukankah itu kurang adil?

Secara, sedikit banyak dampaknya akan terasa pada penambahan jumlah pembaca artikel. Tapi, lagi-lagi kisah ini terjadi hanya kadang-kadang, sama kadang-kadangnya dengan kasus gula aren yang "ngaret". Toh, pada akhirnya tulisan akan menemui pembacanya, kan?

Jadi, inilah 3 persamaan antara Kompasiana dengan gula aren. Kalau ternyata isinya banyak yang manis, silakan ambil yang manis-manis. Kalau ternyata banyak yang pahit, silakan campurkan gula. Dan kalau ternyata berasa hambar, silakan berkomentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun