Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bertanam Pisang, Usaha Sampingan yang Menjanjikan dan Mengenyangkan

6 September 2020   20:38 Diperbarui: 7 September 2020   17:07 2565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pisang 40 hari. Ada juga yang menyebutnya Pisang Lampung. Foto: fazlisyam.com

"Pisang? Ah, gampang! Tinggal otewe ke pasar tradisional, kemudian beli 1-2 sisir pisang yang mengkal, dibungkus, bawa pulang, lalu digoreng."

Begitulah kebiasaan banyak orang ketika kita mau berkisah tentang pisang. Buah lokal yang sejatinya memiliki "jantung" dan pantang mati sebelum berbuah ini sangat disukai oleh masyarakat di seluruh dunia dengan beragam lapisan umur.

Ada sebagian orang yang suka makan pisang matang langsung dari tandannya, ada yang seleranya digoreng terlebih dahulu, bahkan ada pula yang harus berkeringat demi mengolah pisang menjadi godok-godok, keripik dan lapek.

Apa pun jenis pisangnya, bagaimanapun cara mengolahnya, mayoritas penduduk bumi suka makan pisang. Kamu juga suka pisang, kan? Atau malah suka sama aku? Upps

Tapi, tidak lengkap rasanya jika kita hanya bercerita tentang kenikmatan makan pisang. Buah yang disebut-sebut memiliki nilai energi sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram-nya ini juga cocok dijadikan bisnis sampingan.

Memang, barangkali masih jarang kita temui budidaya pisang secara intensif dan besar-besaran. Tapi, justru karena kejarangan inilah pisang malah cocok untuk dijadikan usaha alias bisnis sampingan.

Buah yang memiliki batang tak berkayu ini bisa kita tanam di pekarangan samping rumah, di tepi sungai, hingga di tepi lahan yang bertebing. Terkadang, tidak perlu harus ditanam betul secara serius karena sejatinya pohon pisang cenderung bisa tumbuh secara mandiri.

Kebetulan keluarga saya juga menanam cukup banyak pohon pisang. Sebenarnya penghasilan utama kami adalah gula aren dan kopi. Tapi, demi memanfaatkan lahan samping rumah yang cukup luas dan menebing, kami pun menanam banyak pohon pisang secara berkelompok.

Saya sempat menghitung, setidaknya ada lebih dari 20 kelompok/gerombol pisang yang tumbuh di sekitar rumah kami. Jenis pisangnya pun beragam. Ada pisang 40 hari, pisang emas/mas, pisang jantan, pisang tanduk, dan pisang kepok.

Dari beragam jenis pisang yang kami tanam ini, ternyata beberapa kali di waktu sempit, keuntungan yang didapat darinya cukup terasa baik dari sisi kacamata bisnis maupun untuk mengenyangkan perut.

Pisang mas dan pisang 40 hari misalnya. Kedua jenis pisang ini tidak cocok untuk digoreng maupun direbus sehingga kami lebih memilih untuk mengonsumsinya secara langsung ketika pisang itu benar-benar matang.

Pisang Emas/Mas. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang Emas/Mas. Dok. Ozy V. Alandika

Terkadang, kalau porsi pisang yang matang terlalu membludak, beberapa sisir pisang tersebut kami buatkan godok-godok atau dibagikan kepada sanak dan tetangga terdekat.

Dan khusus untuk pisang mas, jenis pisang ini cukup sering dicari orang. Misalnya untuk dijadikan syarat dan "ritual" membangun rumah, untuk obat kampung, hingga untuk orang ngidam.

Walaupun bentuk pisang mas cukup mungil, namun harga pisang ini tidak semungil bentuknya. Wajar, kan? Dilihat dari alasan mengapa orang butuh pisang mas saja sudah cukup "aneh".

Kami sendiri, biasanya menetapkan harga pisang mas senilai Rp25.000-35.000 per tandan, menyesuaikan dengan jumlah sisir pada pisang tersebut.

Kalau pisang 40 hari, bagaimana? Dibilang tidak laku, salah pula, ya. Khusus pisang 40 hari, jarang ada peminatnya. Padahal pisang ini sangat empuk, loh. Saya saja sanggup memakannya hingga porsi 1 sisir dalam sekali duduk. Rakus dong?

Pisang 40 hari. Ada juga yang menyebutnya Pisang Lampung. Foto: fazlisyam.com
Pisang 40 hari. Ada juga yang menyebutnya Pisang Lampung. Foto: fazlisyam.com

Oh, tidak! Ahahaha. Pisang 40 hari bentuknya kecil, imut dan mungil. Rasanya pun tidak terlalu manis seperti halnya pisang mas. Jadi, tidak jauh beda dengan cemilan lah pokoknya! Sekali kupas dan sekali telan. Eh, dikunyah dulu kali ya! Hohoho

Pohon pisang 40 hari yang kami tanam belum berbuah. Dok. Ozy V. Alandika
Pohon pisang 40 hari yang kami tanam belum berbuah. Dok. Ozy V. Alandika
Oh iya, sampai lupa. Pisang ini disebut pisang 40 hari karena memiliki waktu panen yang relatif singkat, yaitu 40 hari.

Berlanjut ke pisang jantan, pisang tanduk dan pisang kepok. Ketiga pisang ini masa panennya cukup lama, yaitu lebih dari 3 bulan. Terlebih lagi pisang kepok. Terkadang, dalam kurun waktu 1 tahun pisang kepok hanya mampu dipanen 2 kali saja.

Tapi, kita tak perlu bersemak hati. Lamanya masa panen sejatinya berbanding lurus dengan tingginya penghasilan dari bertanam pisang. Keuntungannya pun masih bisa berlipat ganda karena seiring berlalunya bulan pisang akan memperbanyak tunas dan tumbuh bergerombol.

Bertanam pisang yang paling mudah dan cukup menjanjikan adalah pisang jantan. Pisang jenis ini rajin bertumbuh serta cukup tahan banting meski diserang kemarau, hujan, dan angin kencang.

Pisang jantan. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang jantan. Dok. Ozy V. Alandika

Jika dibandingkan dengan pisang kepok, pisang mas, hingga pisang ambon, pisang jantan layak mendapat predikat pisang yang "pantang mati" sebelum berbuah.

Untuk hasilnya, bagaimana? Kami biasanya menjual pisang jantan seharga Rp15.000-Rp30.000 per tandan, menyesuaikan dengan ukuran dan banyaknya sisir dalam satu tandan.

Pisang jantan cukup laris di pasaran, karena pisang jenis inilah yang paling sering berteman dengan bakwan dan tempe di gerobaknya para penjual gorengan.

Terkadang kalau lagi hoki, dalam durasi 1 bulan kami bisa menebang lebih dari 7 tandan pisang jantan. Lumayan, kan?

Eits, belum selesai. Syahdan, masih ada pisang tanduk dan pisang kepok. Sepengalaman keluarga kami, kedua jenis pisang ini cukup "rewel" ketika bertumbuh. Kadang-kadang dalam segerombol pisang kepok, ada 2-3 tunas pisang yang mati sebelum berjantung.

Apalagi pisang tanduk. Hingga saat ini, porsi pohon pisang tanduk di lahan dekat rumah kami baru tersedia satu kelompok saja dan baru mampu berbuah tiga kali. Selebihnya? Sudah layu sebelum berkembang.

Pisang tanduk. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang tanduk. Dok. Ozy V. Alandika

Tapi, kalau gerombolan pisang kepok dan pisang tanduk ini sudah mulai ramai, jadi aman kok. Harganya itu loh, sangat bersaing!

Untuk pisang tanduk, setiap sisirnya bisa dijual dengan harga di atas Rp25.000. Bahkan, untuk pisang tanduk ukuran super bisa dijual dengan harga Rp4.000 -- 8.000 per biji. Per biji, bro. Bayangkan.

Tapi sayang, keluarga kami belum pernah sekalipun menjual hasil panen pisang tanduk. Kami lebih berniat untuk mengonsumsinya sendiri. Soalnya, pisang tanduk memang memiliki "derajat kelezatan" yang lebih tinggi dibandingkan dengan pisang lainnya.

Dan kalau berkisah soal harga pisang yang cukup menguntungkan, kami masih punya pisang kepok.

Pisang Kepok. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang Kepok. Dok. Ozy V. Alandika

Untuk saat ini, di lahan sekitaran rumah kami sudah ada 5 gerombol/kelompok pohon pisang kepok. Lumayanlah, tiap-tiap gerombol mampu menghasilkan 3-5 tandan pisang dalam durasi yang relatif berbarengan.

Harga jualnya? Kami sendiri telah mematok harga pisang kepok pada kisaran Rp.40.000 -- 90.000 per tandannya. Sama halnya dengan pisang jantan, pisang kepok juga banyak diminati oleh masyarakat.

Pisang Kepok. Dok. Ozy V. Alandika
Pisang Kepok. Dok. Ozy V. Alandika

Terlebih lagi di bulan Ramadan. Terkadang, ada pula calon pembeli yang meminta kami menahan setandan pisang kepok yang belum tua agar tidak dijual kepada orang lain. Niat mereka adalah, ingin membuat keripik pisang kepok untuk sajian hari raya.

Tapi, kalau harga pisang yang ditawarkan kurang "greget", biasanya pisang kepok tidak kami jual. Malahan, ibu saya akan mengolahnya menjadi keripik demi mengenyangkan perut keluarga.

Ada perasaan rugi bila harus menjual pisang kepok dengan harga yang kurang menjulang. Terang saja, menunggu pisangnya matang di pohon saja sudah hampir setengah tahun. Hemm

Nah, jadi bagaimana, bertanam pisang di lahan samping rumah sejatinya cukup menjanjikan, bukan?

Tanaman pisang berbagai jenis di dekat rumah kami. Dok. Ozy V. Alandika
Tanaman pisang berbagai jenis di dekat rumah kami. Dok. Ozy V. Alandika

Terlebih lagi kalau kita mau menanam lebih dari 1 jenis pisang, tentu keuntungan yang didapat akan lebih tinggi. Kalaupun di bulan-bulan tertentu pohon pisang yang berbuah hanya sedikit, toh bisa dikonsumsi sendiri.

Jadi, bertanam pisang adalah salah satu bisnis sampingan yang menjanjikan, sekaligus mengenyangkan. Kalau di rumahmu ada sedikit lahan, bolehlah relakan pohon pisang untuk bertunas di sana. Pasti menghasilkan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun