Sayangnya tidak semua fakta mau berbicara demikian. Pengalaman, situasi, dan keadaan di sekitar kita adalah buktinya.
Di sebelah sana, terkadang kita temui ada anak muda yang hebat di kelas, hormat dan meneladani guru. Tapi ketika di rumah, mereka malah suka berbicara "tinggi" kepada ayah dan ibu. Pengetahuan maupun karakter yang ia wujudkan di kelas malah tidak mau "dibawa pulang".
Di sebelah sananya lagi, terkadang kita temui anak muda yang memiliki IPK tinggi di kampus. Tapi sayang, karena minimnya pergaulan dan timpangnya akhlak, mereka malah menganggur. Semoga mereka masih jujur, ya!
Permisalan ini hanyalah sejumput fenomena yang sering kita temui di dunia nyata. Yang berarti bahwa, sejatinya tidak sedikit anak muda yang cukup kewalahan untuk mengimplementasi pengetahuan dan pengalaman di dunia kelas ke dunia nyata.
Apakah ini alamat bahaya?
Rasanya begitu. Ketidakseimbangan "hidup" dunia di kelas dengan alam nyata memungkinkan anak muda lupa tentang bagaimana cara ia membawa diri dan menyesuaikan pengetahuannya dengan lingkungan sekitar.
Duhai Anak Muda, Jangan Sampai Kita Hebat di Kelas, tapi Lemah di "Alam Nyata"
Hari ini, zaman telah berubah, tantangan makin membuncah, dan paradigma hidup mulai berganti arah. Jika dulu banyak orang masih membanggakan nilai rapor yang nihil merahnya, mendapat ranking 1, serta IPK di atas 3,5, maka di hari ini kebanggaan itu mulai berasa hambar.
Terang saja, nilai-nilai bertajuk angka hari ini sudah makin besar dan mendekati angka sempurna (100). Kalau tidak percaya, boleh dicek rapor adik-adik kita. Nilainya kebanyakan 93, 95, 97, bahkan ada yang 99. Berarti mereka hebat-hebat saat berkompetisi di kelas, kan?
Tapi sayang, nilai-nilai yang hebat itu tidak sepenuhnya sanggup mereka bawa dalam kehidupan nyata. Nilai PKn dan Agama boleh jadi di atas 90, tapi kelakuan terhadap orangtua dan sikap sosialnya belum memenuhi standar.
Lalu, hebatnya di mana? Agaknya, semakin hari, semakin jelaslah pernyataan bahwa sejatinya ijazah itu hanyalah tanda alias bukti bahwa kita pernah sekolah. Menjulangnya IPK, besarnya nilai rapor hanya mampu menjelaskan bahwa si pemiliknya hebat di kelas.
Untuk menyeimbangkan kehebatan ini, seorang anak muda perlu lebih peduli dengan kehidupan mereka di dunia nyata.
Bagaimana akhlak dan attitide mereka terhadap diri sendiri, orangtua, tetangga hingga masyarakat akan menentukan eksistensi anak muda di dunia nyata.
Terang saja, pengetahuan bisa dipelajari dan didapatkan dengan banyak cara, tapi soal akhlak dan attitude tidak bisa. Perilaku itu adalah kebiasaan, dan kebaikan dalam berperilaku adalah perwujudan dari kebiasaan yang telah diasah sejak diri ini masih muda.