Hanya saja, belajar dengan sistem luring di tengah pandemi juga bermasalah. Tidak semua guru mampu dan sanggup bila harus mengunjungi siswa ke rumah-rumah, juga tidak ada jaminan bahwa belajar via TVRI akan melibatkan anak secara interaktif.
Bahkan, salah satu guru SD di Jakarta Utara sempat mengatakan bahwa dirinya belum menerima modul belajar yang seharusnya dibagikan ke jenjang SD dan PAUD. Sekelas daerah Jakarta Utara pun modulnya masih telat, apalagi di daerah 3T yang minim akses!
Sudah Saatnya Mas Nadiem "Lebih Peduli" dengan Pembelajaran Luring
Atas permasalahan yang dihadapi oleh sekolah penerap pembelajaran luring, rasanya sekaranglah saatnya Mas Nadiem kembali fokus dan lebih peduli dengan eksistensi PJJ luar jaringan. Terang saja, dengan keterbatasan yang ada (listrik, sinyal, smartphone) PJJ luring juga bermasalah.
Bahkan kemarin, beberapa rekan guru sempat berdiskusi via WA dan mengomentari artikel tentang subsidi pulsa yang saya share di FB. Mereka menanyakan:
"Pak, kalau daerah kito idak ado sinyal, apo guno pulsa dan kuota?"
"(Pak, kalau daerah kita tidak ada sinyal, apa gunanya subsidi pulsa dan kuota?)"
Sontak saja saya sendiri pun bingung menjawabnya. Soalnya, di sekolah kami juga menerapkan PJJ luring dengan alasan utama tidak ada sinyal internet.
Malahan, kami malah sampai menduga-duga hal lain bahwa, jangan-jangan sekolah yang tidak menerapkan PJJ daring tidak kebagian subsidi pulsa. Gurunya mungkin masih punya smartphone karena di rumah mereka ada sinyal. Tapi anak-anak di daerah red zone tanpa sinyal?
Maka dari itulah  Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim berani menyebutkan bahwa sejauh ini pihaknya mendapati tak ada perubahan pada kendala pembelajaran luring di tahun ajaran sebelumnya dengan tahun ajaran 2020/2021.
Ia menduga ini karena Nadiem belum membuat kebijakan yang menyentuh PJJ luring. Padahal, menurut Satriwan, sekolah di daerah tanpa akses butuh bantuan pemerintah untuk memastikan pembelajaran berjalan.
"Kendala-kendala selama PJJ luring yang harusnya diintervensi Kemendikbud bersama kementerian/lembaga dan Pemda selama lima bulan ini belum nampak ada progres yang signifikan," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (27/8/2020).
Karena sistem luring juga bagian dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), rasanya Kemendikbud bersama Mas Nadiem perlu lebih lebih fokus dan lebih peduli dengan topik permasalahan luring. Soal pulsa mungkin boleh kita sebut sudah "beres", tapi kisah tentang luring belumlah selesai.
Kiranya, dalam waktu dekat Mas Nadiem perlu mendata siswa dan sekolah mana saja yang saat ini sedang fokus menggelar PJJ luring serta kebutuhan apa saja yang sejatinya mereka butuhkan di tengah keterbatasan akses dan fasilitas belajar.
Koordinasi dengan pemda dan dinas dikbud daerah terkait punya peran penting di sini. Dinas bisa melibatkan pengawas sekolah untuk melakukan survei PJJ luring serta menampung butir-butir masalah yang ada di sekolah.