Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inter Gagal Juara, Inilah Rekam "Kisah Setengah Manis" Nerazzurri di Europa League

22 Agustus 2020   05:58 Diperbarui: 22 Agustus 2020   06:11 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya sebelum menatap kekalahan 3-2 atas Sevilla pada final Europa League di Stadion Koln dini hari tadi (22/8/2020), awal mula dari kisah La Beneamata tidaklah manis, bahkan cukup menyakitkan.

Terang saja, semestinya Inter Milan bisa berbicara lebih banyak di Champions League. Namun, kekalahan 2-1 atas Barcelona pada Matchday ke-6 Liga Champion (12/11/2019) telah mengubur impian Antonio Conte.

Alhasil, Romelu Lukaku dan kawan-kawan harus turun kasta dan harus berlaga di Europa League. Memang pantas, sih. Inter masih bermain "angin-anginan" di saat itu. Bahkan untuk melawan tim lapis ke-2 Barcelona pun kalah. Mungkin, jodoh Inter musim ini ialah di Europa League.

Kisah indah ini mulai menabur titik terang saat Nerazzurri bersua Ludogorets di babak 32 besar Europa League. di waktu itu, pandemi belum menganggu sistem kompetisi sehingga laga digelar dua leg.

Leg pertama (21/2/2020) Inter Milan unggul 2-0 di Ludogorets Arena. Gol dicetak oleh Cristian Eriksen (71) plus penalti Romelu Lukaku jelang babak kedua usai.

Sedangkan di leg kedua (28/2/2020) Si Biru-Hitam kembali unggul 2-1 di San Siro. Kala itu gol Inter dicetak oleh Cristiano Biraghi (31) dan Romelu Lukaku (45+4). Ludogorets juga mencetak 1 gol lewat pemainnya, Cauly Oliviera Souza (26). Total agregat, Inter unggul 4-1.

Berlanjut ke babak 16 besar Europa League, La Beneamata pun ditantang oleh tim utusan Spanyol, Getafe (6/8/2020). Berlaga di Veltins arena (Jerman), pasukan Antonio Conte pun menang aman dengan skor 2-0. Lukaku (33) dan Cristian Eriksen (83) kembali menyumbang gol pada laga ini.

Inter Milan pantas menang karena mental juara mereka sudah bangkit. Beberapa hari sebelumnya Marcelo Brozovic telah mencukur Napoli 2-0 (29/7/2020) dan melumat Atalanta 2-0 (2/8/2020) di pekan ke-37 dan 38 Serie A. Namun sayang, Inter hanya mampu finish di peringkat ke-2.

Nerazzurri berhasil menutup musim Serie A 2020 dengan mengumpulkan 82 poin, hanya berselisih 1 poin dari Juventus (83) yang berhasil merengkuh scudetto.

Namun, kisah indah Inter musim 2020 belum ditutup. Lautaro Martinez dan kawan-kawan masih punya kesempatan membawa piala Europa League. Pada 11 Agustus 2020, laga perempat final pun dimulai dan Inter Milan berhadapan dengan Bayer Leverkusen.

Ketika laga berlangsung, tim utusan Jerman ini menebarkan perlawanan sengit, terutama melalui pemain andalan mereka, Kai Havertz dan Moussa Diaby. Tapi beruntung bagi Inter, gol Nicolo Barella (15) dan Romelu Lukaku (21) hanya mampu dibalas oleh Kai Havertz (24). Inter menang 2-1.

Berangkat dari laga ini, akhirnya formasi 3-5-2 ala Conte semakin matang. Para pemain Inter yang masuk starting line up tidak berubah. Mulai dari trio bek Godin-de Vrij-Bastoni, trio gelandang Barella-Brozovic-Gagliardini, duo wing-back Ambrosio-Young, hingga duet penyerang Lukaku Lautaro.

Padahal di tengah-tengah musim Antonio Conte beberapa kali mencoba formasi 3-4-1-2 dengan menempatkan Cristian Eriksen di posisi trequartista. Tapi, lambatnya adaptasi Eriksen mengakibatkan Inter Milan malah makin betah dengan formasi 3-5-2.

Alhasil, keteguhan Conte semakin tampak pada laga semifinal Europa League kontra Shakhtar Donetsk (18/8/2020). Starting line-up tidak berubah, formasi juga tidak berbeda, lalu Inter Milan menang telak 5-0 atas tim asal Ukrania ini.

Adapun gol yang dicetak, masing-masing oleh Lautaro Martinez (19, 74), Danilo D'Ambrosio (64), dan Romelu Lukaku (78, 83). Lukaku jadi pemain yang paling berkontribusi bagi Inter Milan di Europa League. Pemain Belgia ini tak pernah bolos mencetak gol walau hanya sekali.

Dan, puncaknya adalah di laga final Inter Milan kontra Sevilla. Adu taktik antara Antonio Conte versus Julen Lopetegui.

Di Europa League, Sevilla adalah jawaranya. Tim asal Spanyol ini telah berhasil melaju ke final Liga Eropa sebanyak 6 kali dan memenangkan 5 di antaranya. Sungguh prestasi yang membanggakan dan paling sukses dalam sejarah Europa League.

Bagi Inter, melawan Sevilla di babak final adalah kesempatan manis untuk membawa tropi Liga Eropa. Namun, akhir perjalanan Nerazzurri di Europa League malah jadi "Kisah Setengah Manis" setelah pasukan Antonio Conte kalah 3-2 atas Los Nervionenses pada Sabtu (22/8/2020) dini hari.

Pasukan Julen Lopetegui bermain solid dan unggul dari segi pengalaman maupun mental. Alhasil, gol Inter yang sempat ditelurkan oleh Lukaku (5') dan Godin (35') langsung dibayar tuntas oleh trigol Sevilla yang masing-masing dilesatkan oleh de Jong (12', 33') dan Diego Carlos (74).

Sevilla kembali merebut mahkota Europa League dan semakin mengukuhkan diri sebagai jawara yang sukses mengumpulkan 6 trofi Liga Eropa. Lebih baik dari tim manapun.

Sejatinya, "kisah setengah manis" ini tidaklah buruk bagi Nerazzurri. 2 hasil runner up yang terdiri dari peringkat kedua Serie A musim 2019/2020 + peringkat kedua Europa League cukup membanggakan, mengingat minimnya kedalaman skuat yang ada.

Terlepas dari adanya pandangan bahwa tim-tim asal Serie A seperti "terkena kutukan" karena gagal merengkuh trofi di kompetisi Eropa hingga 10 tahun, namun harus diakui bahwa para pemain Inter Milan sudah berjuang keras. Keringat mereka harus diapresiasi.

Namun, "Kisah Setengah Manis" malah bernada minor setelah Antonio Conte mengomentari kekalahan Inter atas Sevilla. Football Italia dalam wawancaranya menegaskan bahwa pelatih yang cukup emosional ini berbicara seakan-akan laga kontra Sevilla adalah pertandingan terakhirnya.

Pelatih Inter Milan, Antonio Conte saat memprotes wasit pada laga final Europa League di Stadion Koln (22/8/2020). Foto: Inter.it
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte saat memprotes wasit pada laga final Europa League di Stadion Koln (22/8/2020). Foto: Inter.it

"Sekarang kami harus kembali ke Milan, akan mengambil dua atau tiga hari libur, kemudian dengan kepala dingin akan bertemu. Sudah semestinya kami menganalisis seluruh musim, melihat semuanya dengan sangat tenang, dan mencoba merencanakan masa depan Inter, baik dengan atau tanpa saya." ucap Conte (22/8/2020).

Yang jelas keputusan terbaik menjadi hak manajemen Inter Milan sepenuhnya. Terlebih lagi presiden Nerazzurri, Steven Zhang sudah hadir ke stadion demi menyaksikan pertandingan final.

Evaluasi pasti ada, namun prestasi Conte di Inter sebenarnya cukup cerah karena ini adalah musim pertamanya menahkodai Inter Milan. Barangkali, jika Conte tetap bertahan, kisah La Beneamata musim depan akan lebih manis.

Salam Sepakbola.

Sumber: Satu;dua;tiga;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun