Dalam Qur'an Surah Az-Zumar ayat 53, Allah menyebut hamba-Nya dengan panggilan sayang dan meminta kita untuk tidak boleh berputus asa.
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Bayangkan, rahmat Allah sungguh tiada putus, dan kesempatan kita untuk bertaubat selalu terbuka walaupun diri ini sering berperilaku kian melampau batas. Kesempatan taubat hanya akan berakhir di dua situasi. Pertama adalah ketika ajal menjemput. Dan kedua, ketika hari kiamat telah tiba.
Tapi, sekarang Alhamdulillah kita masih bisa bernapas, kan? Alhamdulillah kiamat belum tiba walaupun sudah dekat, kan?
Yup, inilah kesempatan kita selaku hamba untuk mencanangkan sebuah misi besar dengan berpijak pada momentum Tahun Baru Islam 1442 H. Misi apakah itu? Perang?
Tidak mungkin, karena tadi telah disebutkan tentang diri, maka misi yang perlu kita emban saat ini adalah "memberantas penyakit merasa".
Misi Besar itu Bernama "Pemberantasan Penyakit Merasa"
Ada apa dengan penyakit "merasa", apakah itu bahaya? Tentu saja bahaya. Bahkan, salah satu contoh penyakit "merasa" telah dikategorikan Syirkul Khafi (Syirik tersembunyi) dan dicap sebagai amalan buruk yang lebih berbahaya daripada fitnah Dajjal. Penyakit ini dinamakan riya'.
Saat sedekah lalu membanggakannya di depan orang lain, itulah riya'. Saat menjadi imam sholat dan kemudian memperindah bacaan supaya dipuji orang lain, itu juga riya'. Saat sholat sendiri kemudian mengkhusyukkan diri agar dipandang oleh orang lain, itu pun riya'.
Dalam Qur'an Surah Al-Maun, orang-orang yang memiliki penyakit "merasa" bab riya' disebut sebagai pendusta agama.
Jika kita lama-lama memelihara penyakit riya' maka bahayalah kita. Bisa-bisa diri ini bangkrut dan lelahnya beribadah tak sedikitpun yang menjadi lillah.
Belum lagi, nanti penyakit riya' bisa beranak-pinak dan menjadikan seseorang merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, sombong (takabur) karena tingginya jabatan dan ilmu, hingga bangga berlebihan atas apa yang telah ia raih (ujub). Duh! Semoga kita dibebaskan dari sifat ini.
Kemudian, ada pula penyakit "merasa" yang lain, dan ini juga patut kita berantas. Ialah penyakit "merasa" bab iri, dengki bin hasad. Merasa senang melihat orang susah, dan merasa susah melihat orang bahagia, jelas si pemilik hati yang seperti ini sungguh berbahaya.
Bagaimana tidak berbahaya, dalam suatu hadis disebutkan bahwa, orang yang iri hati pahalanya akan hangus ibarat kayu bakar yang dilahap oleh api. Rugi, kan? Tentu saja.