Selasa dini hari waktu Indonesia, 18 Agustus 2020, Dusseldorf Arena seakan menjadi saksi bisu tentang betapa garangnya Inter Milan. Sang Nerazurri berhasil menang mudah setelah membantai Shakhtar Donetsk dengan skor 5-0.
Masing-masing skor dicetak oleh Lautaro Martinez (19', 74'), Danilo D'Ambrosio (64'), dan Romelu Lukaku (78', 83').
Sebelumnya, mungkin tiada yang akan menyangka bahwa pasukan Antonio Conte bakal menang mudah. Terlebih lagi setelah "tetangga sebelah" (MU) harus mengubur cita-cita final ideal karena dikalahkan 2-1 oleh Sevilla.
Namun, mental serta motivasi yang diusung oleh Samir Handanovic dan kawan-kawan berhasil mengantarkan Inter Milan ke final. Target Conte untuk mendulang piala, hanya tinggal selangkah lagi.
Sorotan Laga dan Pemain
3-5-2 vs 4-2-3-1, inilah formasi yang digunakan Nerazzurri vs Shakhtar Donetsk. Sebenarnya terlalu risih bagi Inter jika harus menerapkan formasi 3 bek untuk melawan tim asal Ukrania sekelas Donetsk.
Secara, tim asuhan Luis Castro ini lumayan gesit karena ramai pemain Brazil di sana, dan formasi 4-2-3-1 merupakan formasi yang cukup susah ditembus. Dengan tumpukan gelandang, Shakhtar Donetsk bisa mendikte permainan sekaligus memiliki banyak opsi penyerangan.
Tapi Inter beruntung karena memiliki seorang regista yang bernama Marcelo Brozovic. Dalam formasi 3-5-2, Brozovic sering mengambil peran sebagai pivot sekaligus deep-lying midfielder. Duetnya dengan Nicolo Barella di lini gelandang malah menjadikan kerja Brozo lebih ringan.
Hasilnya bisa terlihat di 15 menit pertama laga. Pasukan Antonio Conte memang terkesan bermain menunggu dan membiarkan Donetsk menguasai bola lebih lama. Tapi, baik Taison maupun Patrick masih kurang sabar untuk membongkar tim dengan pertahanan terbaik di Serie A ini.
Dan, koordinasi duet gelandang Barella-Brozovic langsung membuahkan hasil manis di menit ke-19. Berawal dari "salah buang bola" kiper Shakhtar di lini tengah, Barella yang menerima umpan langsung melakukan akselerasi dan melepaskan bola lambung dari sisi kiri pertahanan Donetsk.
Hasilnya, sang penyerang bernomor punggung 10, Lautaro Martinez dengan mudah menyundul bola ke gawang Andriy Pyatov. Gol! 1-0 untuk keunggulan Nerazzurri.
Kecenderungan Inter Milan, ketika mereka sudah unggul lebih dulu, aliran bola "sengaja" diperlambat dengan menyertakan kiper Samir Handanovic ke dalam permainan langsung.
Namun, sebenarnya kecenderungan inilah yang membuat Nerazzurri relatif lebih aman. Mereka bisa bermain santai, dan kemudian melantunkan serangan secara mendadak.
Luis Castro harusnya sudah memahami ciri khas permainan Inter dengan "gaya lambat dan menunggunya." Sama persis dengan laga perempat final antara Inter kontra Bayer Leverkusen. Hanya saja para gelandang Donetsk kurang sabar.
Hingga setengah jam laga berjalan, baik Alan Patrick, Marcos Antonio, maupun Taras Stepanenko beberapa kali punya kesempatan untuk melancarkan serangan balik. Tapi, gelandang Inter, Roberto Gagliardini juga bermain sama baiknya menyaingi performa Barella-Brozovic.
Tambah lagi dengan kinerja bek Diego Godin yang kerap membantu Barella memulai serangan, Shakhtar Donetsk pun jadi tertekan.
40 menit pertandingan bergulir, permainan pasukan Luis Castro belum banyak berubah. Sayap-sayap gesit seperti Marlos dan Taison mulai lebih banyak bermain ke tengah. Jelas itu lebih sulit, karena Inter Milan cenderung lebih mudah "mematikan" serangan dari lini tengah.
Peluang bagus Shakhtar Donetsk hanya sempat mereka dapatkan di menit ke 43. Adalah Marcos Antonio yang mendapat ruang tembak dari luar kotak penalti. Tendangan dilesatkan, tapi bola lebih memilih untuk melayang daripada singgah ke gawang Handanovic.
Alhasil, babak pertama laga ditutup dengan keunggulan sementara 1-0 untuk Inter. Statistik dari Sofascore menerangkan, penguasaan bola sebesar 67% dengan nihil kesempatan gol jadi milik Shakhtar Donetsk.
Sedangkan Inter hanya menguasai bola sebanyak 33% saja. Tidak masalah bagi si Biru-Hitam. Mereka berhasil melesatkan total 4 tembakan dimana 2 di antaranya tepat sasaran, dan salah satunya menjadi gol.
Terlepas dari gol yang tercipta, sejatinya Shakhtar Donetsk sukses mematikan pergerakan salah satu mantan pemain Manchester United, Romelu Lukaku. Sepanjang laga babak pertama, Lukaku cenderung pasif dapat bola gara-gara dijaga oleh Kcoholava.
Di babak kedua, tempo permainan juga relatif sama. Inter hanya menunggu, dan kemudian memanfaatkan serangan balik. Bahkan, di menit ke-48 Lautaro hampir saja mencetak gol keduanya. Beruntung kala itu Pyatov tidak terlalu jauh "kabur" dari gawangnya.
2 menit berselang, Lukaku pula mendapatkan peluang pertamanya. Tapi, tendangannya kurang dekat dengan gawang Shakhtar.
60 menit babak kedua berjalan, Nerazzurri semakin nyaman mendikte jalannya laga. Aliran bola dari sisi kanan lapangan Inter seakan begitu mulus. Koordinasi apik Godin dan D'Ambrosio menjadikan Barella lebih bersinar serta lebih mudah memborbardir pertahanan Shakhtar.
Alhasil, wing back kiri Ashley Young yang sejatinya merupakan "barisan para mantan" MU hanya sesekali melakukan akselerasi. Bola lebih banyak berkutat di sisi kanan lapangan Inter.
Sedangkan dari kubu Shakhtar Donetsk, Junior Moraes sempat mendapat peluang emas untuk menyamakan kedudukan. Tepat pada menit ke-61, Moraes berhasil mengelabui penjagaan de Vrij dan menyundul bola dari dalam kotak penalti. Tapi
Memasuki menit ke-64, Nerazzurri malah makin senang. Semua gara-gara D'Ambrosio. Bek asal Italia ini dengan mudahnya menyundul bola hasil sepak pojok Marcelo Brozovic. D'Ambrosio sangat cerdas mencari posisi kosong, dan skor pun berubah menjadi 2-0 untuk keunggulan Inter.
Atas keunggulan sementara ini, jelas Luis Castro makin galau. Anak-anak asuhnya pun begitu. Buktinya? Lautaro kembali berhasil menelurkan gol ala sharpshooter di menit ke-74, assist dari Lukaku.
Buktinya lagi? Pada menit ke-78, Lautaro membalas assist dan menyilakan Romelu Lukaku ikut menyumbangkan gol keempat. Skor 4-0 untuk Inter Milan.
Sang penyerang asal Belgia pun ikut menyamakan torehan 2 golnya Lautaro Martinez setelah berhasil mencetak gol indah dengan sedikit taburan solo run. Bola hasil tendangan Lukaku pun melewati selangkangan Pyatov, tepatnya pada menit ke-84.
Shakhtar Donetsk pun hancur lebur. Skor 5-0 bertahan hingga peluit babak kedua dibunyikan. Inter berhasil menang telak.
Saat melihat statistik pertandingan seutuhnya, Inter Milan tetap dominan walau kalah telak dari sisi penguasaan bola. Pasukan Antonio Conte mampu menghasilkan total 12 tembakan, dimana 9 di antaranya tepat sasaran. Dan, kemenangan ini jadi modal yang bagus bagi Nerazzurri.
Inter Milan Ajak "Barisan Para Mantan" MU
Meskipun duel impian Inter vs MU telah dikandaskan oleh jawara Europa League yang bernama Sevilla, Nerazzurri tetap rela bin ikhlas mengajak "barisan para mantan" MU untuk menatap laga final.
Ada Romelu Lukaku, Ashley Young, dan Alexis Sanchez. 3 pemain ini kiranya sudah cukup untuk mewakili hawa MU di laga final nanti. Jika ketiganya bisa tampil baik pada final melawan Sevilla nanti, agaknya dendam MU akan sedikit terbalaskan.
Dan terkait dengan laga final, rencananya Inter Milan akan bersua Sevilla pada tanggal 22 Agustus 2020 di Stadion Koln. Baik Sevilla maupun Inter sama-sama punya peluang yang cukup besar untuk merebut piala Europa League.
Salam.
Sumber:
Inter.it
Sofascore.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H