Mengapa dengan rencana subsidi pulsa untuk pelaku pendidikan yang sedang berjuang di lapangan, bukankah itu bagus? Tentu saja bagus, dan mayoritas kita bersyukur atas niat baik pemerintah. Mereka tahu bahwa orangtua murid menjerit. Mereka paham bahwa PJJ butuh solusi.
Dan, subsidi pulsa adalah solusi. Di sebagian daerah lain, ada pula penggalangan sedekah, sumbang Smartphone untuk siswa, serta kegiatan mulia lainnya. Terus terang saja, sedikit keringat yang mereka keluarkan sudah sangat membantu kelancaran PJJ.
Walaupun sebenarnya kajian ini boleh dinilai telat, tapi masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Hingga sekarang, PJJ sudah berjalan 6 bulan. Sedangkan rencana subsidi pulsa baru masuk tahap kajian dengan harapan bisa segera terealisasi di bulan September 2020.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate telah membenarkan itu. Kajian ini sedang dibahas oleh 3 lintas kementerian, yaitu Kominfo sendiri bersama Menkeu dan Mendikbud.
"Betul (subsidi pulsa untuk dukung pembelajaran jarak jauh) long distance electronic learning, diharapkan penyesuaian DIPA bisa segera selesai dan mulai digulirkan September," ujar Johnny kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2020).
Semoga saja rencana baik ini bisa segera terealisasi. Karena memang, tidak sedikit orangtua siswa, guru, hingga mahasiswa benar-benar membutuhkan asupan pulsa internet.
Mungkin nanti jumlahnya jelas-jelas tidak akan memuaskan. Apalagi bagi para siswa yang selama ini sudah menganggap pulsa dan kuota sebagai sebuah kebutuhan.
Hari-hari mereka lalui vlog, nonton youtube, streaming, hingga upgrade rank di game online. Subsidi pulsa bisa jadi tiada "harganya" bagi smartphone mereka.
Beda halnya dengan siswa yang benar-benar butuh. Biarpun nominal pulsa maupun jumlah kuotanya terbatas, tapi sudah pasti bisa membantu. Harapannya, bansos yang bertajuk pulsa ini bisa tepat sasaran dan tiada aksi "sunat-menyunat" dana di tengah jalan.
Pada Akhirnya Pemerintah Belum "Bicara Lebih Banyak" Tentang Sekolah 3T
Semenjak mulai digaungkannya jargon "Merdeka Belajar" bersama balutan digitalisasi pendidikan di akhir tahun lalu, tampaknya sekolah-sekolah 3T ( Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) mulai mengetahui lebih jauh tentang "berada di mana" mereka saat ini.