Artinya? Ada integritas di hati mereka. Ada prinsip yang kuat dan mungkin sudah tertanam di hati, jauh sebelum mereka menjadi guru dan kemudian berkeluarga. Inilah guru-guru yang layak untuk dijadikan panutan.
Baik yang tua maupun yang muda, baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum menikah, semua berhak menginspirasi serta menebarkan teladan yang baik hingga ke ujung dunia.
Jawabannya: Tidak Semua Guru yang Belum Menikah Itu Gesit, dan Tidak Semua Guru yang Sudah Berkeluarga Itu Lelet
Guru muda dan guru yang belum menikah, darahnya mungkin masih panas, mengalir deras, dan menggelora. Yang membuat darah itu panas adalah ambisi, yang membuatnya mengalir deras adalah mimpi, dan yang membuatnya menggelora adalah peningkatan karier yang lebih tinggi.
Ketika ambisi, mimpi dan keinginan untuk meningkatkan karier ke jenjang yang lebih tinggi disatukan, maka lahirlah kata "gesit".
Penting bagi seorang guru yang belum menikah untuk mendapatkan "esteem" dari para seniornya yang sudah berkeluarga. Dari sana, uji coba kerja yang dilakukan akan menjadi sebuah pengalaman, dan pengalaman itu akan berbuah pengakuan.
Apa enaknya diakui? Apa enaknya mendapat label "guru muda dan guru yang belum menikah itu lebih gesit"?
Wuih, enak dong. "Sense of Participation" mereka akan terpenuhi. Sense of Participation adalah kebutuhan akan perasaan diikutsertakan. Saat kebutuhan ini sudah terpenuhi, akan ada dampak psikologis positif yang bisa ia dapatkan.
Misalnya tentang keyakinan diri, menghargai pengalaman dan kerja keras diri, hingga menguatkan tanggung jawab diri. Bukankah hal-hal ini penting untuk peningkatan karier seorang guru ke depannya?
Tapi, sayangnya tidak semua guru yang belum menikah mau bergesit-gesit ria. Ada pula sebagian dari mereka memilih menjadi guru gara-gara tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan ijazahnya. Ada pula sebagian guru yang mengajar, tapi bukan pada bidangnya.
Temuan-temuan seperti ini sungguh telah menghambat kegesitan seorang guru. Bagaimana tidak terhambat, pandangan tentang karier akan semakin sempit karena susahnya mendapat pekerjaan yang pas di hati. Tambah lagi jika gajinya tidak sesuai. Bisa semakin "angin-anginan".
Kalau sudah seperti ini, bagaimana? Yang jelas, jangan patah arang. Terkadang, kita perlu menyakini adanya "Kekuatan Doa". Doalah yang bisa menjawab keringat, kerja keras serta usaha. Toh, masih muda, kan? Darahnya masih panas, mengalir deras, dan menggelora.
Nah, apakah darah yang masih panas karena kegesitan hanya milik guru-guru muda yang belum menikah saja? Tentu saja tidak. Guru-guru yang sudah berkeluarga dan mendekati usia senja juga banyak yang gesit. Mereka tidak mau berlelet-lelet ria menikmati rasa aman dan nyaman.