Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Jatuhnya Batu-batu Langit Sering Dikaitkan dengan Fenomena Ad-Dhukan?

26 Juli 2020   18:05 Diperbarui: 26 Juli 2020   18:08 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian dari mereka memandang bahwa asap yang dimaksud sudah terjadi pada fase Makkiyah (baca: Fathul Mekkah), persis seperti paceklik yang terjadi pada masa Nabi Yusuf a.s.

Sedangkan sebagian mufassir lain berpandangan bahwa asap yang dimaksud dalam Surah ini belum terjadi di masa lalu dan baru akan terjadi di masa depan menurut waktu yang sudah Allah tetapkan.

Agaknya, pendapat yang kedua ini lebih kuat kalau kita kembali merujuk kepada kalam Nabi. Adalah hadis panjang riwayat Muslim no. 2901 dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari ra yang berisi tentang perbicangan Nabi Muhammad tentang 10 tanda kiamat besar.

10 tanda yang disebut nabi yaitu asap (Dhukan), Dajjal, binatang (baca: Dabbah), terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam, Ya'juj Ma'juj, tiga pembenaman ke dalam bumi, dan terakhir adalah api yang keluar dari Yaman.

Hadis ini Shahih, yang sekaligus menguatkan argumen bahwasannya Dhukan memang baru akan terjadi, bukan yang telah terjadi.

Sekarang, pertanyaannya adalah, peristiwa apa yang akan mengiringi terjadinya Dhukan?

Tentang Jatuhnya Batu-batu Langit Sering Dikaitkan dengan Peristiwa Ad-Dukhan

Gambar oleh dari Pixabay
Gambar oleh dari Pixabay
Menyoal tentang kapan terjadinya Ad-Dhukan, sudah pasti itu adalah urusan Tuhan. Hamba tidak perlu mengambil bagian dari urusan Tuhan. Meski begitu, sebagai makhluk yang berpikir, kita diberikan akal untuk merenungi maupun membaca tanda-tanda.

Dan, karena isyarat nash yang tadi sudah dituangkan pada QS Ad-Dhukan ayat 10 mengandung frasa "ketika langit membawa asap yang nyata", maka analogi terdekat yang bisa terbayangkan oleh manusia adalah benda-benda langit.

Sederhananya, akan ada serpihan langit (baca: meteor) dengan jumlah besar yang mampu menerobos atmosfer bumi sehingga menjadikan bumi pekat dengan asap tebal. Dalam sebuah riwayat, lamanya bencana asap adalah 40 hari 40 malam.

Di riwayat yang lain, batu-batu alias serpihan langit yang dimaksudkan sebagai penyebab terjadinya asap juga disebut bintang berekor. Adalah atsar shahih dari hibrul ummah alias Ibnu Abbas dari Abdullah bin Mulaikah:

"Aku berangkat pagi-pagi untuk menemui Ibnu Abbas ra pada suatu hari, lantas dia berkata, "Aku tidak tidur malam ini sampai pagi." Aku bertanya, "Mengapa?" Dia menjawab, "Orang-orang berkata, bintang yang berekor muncul malam ini. Aku khawatir bahwa asap itu sudah muncul, maka aku tidak tidur sampai aku memasuki waktu pagi."

Dari khabar ini, ada perbedaan yang sangat mencolok antara ulama dengan kita-kita hari ini. Ulama dahulu, saat mendapati kabar bahwa bintang berekor akan keluar, mereka khawatir itu adalah bagian dari rangkaian peristiwa Ad-Dhukan. Sedangkan kita?

Senang-senang, ceria, gembira, sukaria, dan sibuk mendokumentasikan fenomena astronomi tanpa mau cepat-cepat menyadari bahwa sejatinya kejadian itu merupakan tanda/teguran dari Tuhan. Astagfirullah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun