Kalam ini mengisyaratkan kepada para hamba bahwa sejatinya keyakinan saja tidak cukup. Apalagi keyakinan yang prematur dan suka ditelan secara bulat-bulat tanpa dimasak.
Lalu, bagaimana dengan peristiwa jatuhnya batu-batu langit yang sering dihubungkan dengan ad-Dhukan?
Sekilas Tentang Ad-Dhukan
Ad-Dhukan adalah nama salah satu Surah dalam Qur'an, tepatnya Surah ke-44 yang terdiri atas 59 ayat.
Dalam bahasa Arab, Dhukan bisa diartikan asap, uap, dan gas. Namun, kalau dilihat dari akar kata da-kho-na, maka asap yang dimaksud dalam Dhukan diakibatkan oleh adanya pembakaran.
Ada sebab, maka ada akibat. Dalam Ensiklopedi Qur'an karya Quraish Shihab, Dhukan juga diartikan "tembakau rokok" karena ia dibakar dan kemudian dihisap.
Dari sini, dapat dikatakan bahwa material Dukhan sebagian besar terdiri dari gas dan partikel padat. Bisa kemudian diartikan sebagai kabut asap, kabut panas, hingga asap pekat.
Hanya saja, sesuai dengan Surahnya sendiri, ayat 1 dalam QS Ad-Dhukan yang berbunyi "haamiim" mengandung al-huruf al-muqaththa'ah alias Mysterious Letter in The Qur'an alias huruf-huruf yang memiliki makna, tapi hanya Tuhan yang tahu.
Meski demikian, kita tetap meyakini bahwa Tuhan pasti menghadirkan hikmah dibalik ketidaktahuan hamba. Hanya saja di dalam Surah ini juga ada isyarat bahwa Dhukan yang dimaksud bukanlah sekadar asap melainkan juga bagian dari tanda kiamat besar.
Tertuang dalam Surah Ad-Dhukan ayat 10-13:
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata; yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih; (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman"; Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan.
Di dalam buku Ensiklopedia Akhir Zaman karya M. Ahmad Al-Mubayyadh dikatakan bahwa, ayat-ayat ini diperselisihkan takwilannya oleh para ulama tafsir.