Unggahan foto yang hingga hari ini sudah mendapatkan 10.3K likes dan 3.3K komentar juga diikuti oleh unggahan foto-foto sajadah jadul yang serupa. Yang berbeda adalah warna dan juga tingkah kelusuhannya.
Ada sajadah yang masih cukup cerah, ada pula yang sudah pudar warnanya.
Secara, sajadah ini sudah populer sejak tahun 1940-1990an, sedangkan hari ini sudah tahun 2020. Bagi mereka yang masih setia menyimpan dan menggunakan sajadah jadul ini, sudah tak terhitung berapa kali dicuci.
Tambah lagi, cara mencuci pakaian di zaman dulu kan cukup "ganas," yaitu dengan cara membanting/memukulkan pakaian ke batu di sungai.
Tenyata! Ibuku Masih Punya Sajadah Jadul Bergambarkan Hagia Sophia
Saya sendiri baru melihat postingan sajadah jadul ini pada siang tadi di laman Twitter, tepatnya sesaat setelah pulang sholat Jumat. Karena gambar dari sajadah itu tidak terlalu asing, saya jadi ingat bahwa keluarga kami juga memilikinya. Bahkan, dulu, saya pun sering memakainya.
Akhirnya, saya tanyakan saja kepada ibuku. Dan ternyata? Kami masih punya, dan sajadah itu masih digunakan ibu saya untuk sholat. Gambar alias desainnya masih sama, hanya warnanya yang sudah mulai lusuh.
Saya tanya lebih lanjut, ternyata sajadah itu memang sudah dipunyai oleh ibu sejak 1990-an lalu. Tahun tepatnya ibu tidak ingat. Yang ibu saya ingat adalah, sajadah itu sebenarnya adalah pemberian dari nenek saat bekerja di Jambi. Tentu saja saya belum lahir di waktu itu.
Di sinilah kemudian kita bisa merasakan tuah positif dari media sosial. Ya, keviralan yang membangkitkan rasa cinta, toleransi, dan juga sejarah.
Padahal sebelum diviralkannya sajadah jadul ini, anggapan saya juga sama seperti warganet lainnya. Yaitu, mungkin saja gambar di sebelah Masjidil Haram di sajadah itu adalah Masjid Nabawi. Eh, ternyata itu adalah Masjid Aya Sofya.