"Tapi... Sebentar saja ya bang. Kita datang, duduk, gak usah makan, setelah itu langsung salaman sama pengantin, lalu pulang!"
"Oke sip dek. Besok abang jemput ke rumah jam 1 siang. Makasih ya, dek Ula!"
Jelas dan terjawab sudah bagaimana sesungguhnya kekaguman Ula. Kagum dalam diam itulah yang menyebabkan Ula tak berkutik. Ula rela menahan rasa malu demi bisa jalan berdua dengan Lepon. Walaupun pertemuan esok tidak lebih dari 1 jam, pasti bahagianya berasa seperti setahun.
***
Minggu siang pukul 12.55, ternyata Lepon sudah berada di depan pintu rumah Ula. Inilah salah satu kelebihan Lepon dibandingkan pemuda-pemuda lainnya. Lepon sangat displin orangnya. Janji baginya adalah sesuatu yang harus dibayar tepat waktu. Begitu pula dengan pertemuan.
"Permisi, Ula....Permisi..."
Tak begitu lama setelah Lepon mengetuk, Ula pun keluar dan membukakan pintu.
Ula kaget, ternyata Lepon sudah di berada tepat di depan wajahnya. Rambut Lepon yang lurus malah makin rapi berkat minyak rambut. Begitu pula dengan setelan kemejanya, sungguh perwujudan kegantengan yang nyata.
"Dek Ula, yok kita berangkat sekarang saja. Helm ada, kan?"
"Oke bang, ada. Tunggu sebentar ya bang."
Ula ternyata cantik juga kalau sudah berhias. Lepon cukup terpesona dengan penampilan gadis ini. Pakai gamis, bedaknya tidak terlalu tebal, dan lipstik merah muda. Sungguh memesona.