"Menanam Jagung Ayam Itu Mudah!"
Ya, kami sering menyebut jagung hibrida dengan sebutan "jagung ayam." Alasannya sederhana, jagung hibrida memang sering dicari banyak orang untuk pakan ayam. Bahan pakan utama bagi ayam malahan!
Dari semenjak saya kecil hinggalah sebesar ini, keluarga kami masih cukup sering menanam jagung hibrida. Kebetulan pula lahan yang tersedia di dekat rumah cukup luas, jadi bisalah dimanfaatkan untuk menanam tanaman pangan penghasil banyak karbohidrat ini.
Lalu, mengapa kami lebih sering menanam jagung hibrida?Â
Nyatanya, bagi kami dan sebagian besar petani di Curup menanam jagung jenis ini cukup mudah.
Ya, jagung hibrida yang sejatinya merupakan jenis jagung turunan langsung (F1) hasil persilangan dari beberapa varietas jagung unggul ini tidak perlu terlalu rajin kita urus.
Cukup siapkan bedengan/gulutan tanah, taruh pupuk kompos atau pupuk kambing, tanam bibit, dan setelah itu bisa ditinggalkan. Saat jagung mulai beranjak "remaja," kita bisa kasih pupuk urea mutiara atau sejenisnya. Setelahnya? Tinggal tunggu panen.
Selain itu juga, pergolakan harga jual jagung yang samar-samar juga ikut mempengaruhi selera petani jagung di sini. Terang saja, walaupun jagung banyak peminat, tapi dalam menebak harga rasanya lebih sulit daripada menebak nomor togel. Jadi, cukup meresahkan.
Bayangkan bila kami tanam jagung manis dan ternyata di saat panen harganya jatuh. Bisa-bisa kecewa berat, kan? Maka dari itulah, menanam jagung ayam alias hibrida menjadi pilihan yang relatif aman. Secara, ada seperangkat maslahat dari jagung jenis ini. Di antaranya:
Jagung Hibrida untuk Pakan Ayam
Salah satu alasan terbesar mengapa kami lebih memilih menanam jagung hibrida adalah, karena jagung jenis ini cukup banyak dicari orang untuk pakan ternak seperti ayam. Selain itu, harga jual beras jagungnya relatif lebih stabil dibandingkan jagung jenis lain.
Jagung manis misalnya. Barangkali orang akan berpikir bahwa harga jagung manis akan menjulang saat tahun baru hampir tiba.
Darinya, ramai orang-orang bertanam jagung manis. Tapi, setelah tanggal 1 Januari tiba, apa yang terjadi? Tentu saja jagung manis akan banjir dan jatuh harga. Sudah harga benihnya lebih mahal, pupuknya mahal, biaya urusnya mahal, dijual murah pula! Ya sudah, ikhlaskan saja. Sabar! Hoho
Beda halnya dengan jagung hibrida, walaupun harganya relatif jarang naik tapi bagi kami cukup stabil. Beras jagung hibrida yang sudah kering biasanya dijual Rp4.000-6.000.kgnya. atau, bisa juga dijual per kaleng. Yaitu berkisar Rp45.000-80.000/kaleng. Lumayan.
Harganya lumayan, tapi ternyata proses mengolah jagung menjadi beras juga lumayan. Hahaha
Jagung yang telah dipanen harus dijemur dulu 4-7 hari agar mudah dipreteli alias dirontokkan berasnya. Beruntunglah kita bila hari-hari yang dilalui sering panas, jadi cepat kering.
Nah, kalau sudah kering biasanya jagung hibrida lebih mudah untuk dicopot dari tongkolnya. Kebetulan keluarga kami sudah punya alat perontok sendiri, bukan pake gigi ya!Â
Entah apa nama alat ini, kami tak begitu paham. Tapi, kalian bisa lihat pada foto di bawah ini. Hahaha
Alat perontok beras jagung ini kami buat dari potongan-potongan karet sisa ban bekas yang kami kemudian kami pakukan di sebuah kayu balok. Kira-kira, mirip dengan rel kereta api.
Untuk cara penggunaannya, jagung yang sudah selesai dijemur bisa kita sorong agar rontok berasnya. Cukup mudah, kan? Hai jagung, meluncurlah!
Bagian Pucuk Jagung dapat Dimanfaatkan untuk Pakan Ternak
Bukan seperangkat maslahat namanya andai yang bisa dimanfaatkan dari jagung hanyalah berasnya. Bagian pucuk tanaman yang jagungnya sudah dipanen pun bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti kambing, sapi, maupun kerbau.
Walaupun daun jagung di bagian pucuk sudah mulai keriput dan coklat, hewan ternak masih doyang mengunyahnya, terutama sapi dan kerbau.
Karena kami saat ini beternak kambing, biasanya kami suka mencampur pucuk tanaman jagung dengan air garam supaya kambing mau memakannya. Secara, kambing kan sukanya yang asin-asin gitu! Tapi, kami sendiri cukup jarang melakukannya.
Kami lebih sering membiarkan para peternak sapi atau kerbau yang mengambil pucuk jagung tersebut. Karena ladang jagung kami dekat dengan akses jalan, biasanya para peternak sapi sering singgah dan bertanya kepada kami tentang kapan jagung itu akan dipanen.
Ibaratnya, mereka mengadakan perjanjian dulu dengan kami, bahwa ketika nanti jagung sudah dipanen, maka pucuk tanaman jagungnya diserahkan kepada mereka yang datang duluan.
Apakah hal ini berbayar? Tidak, tentu saja gratis. Apalagi kalau peternak sapi tadi mau mencabut jagung hingga akarnya. Sudah pasti kami langsung bilang deal. Tapi, tidak mungkin kali, ya! Hihihi
Tongkol Jagung yang Juga Multiguna
Perangkat terakhir dari tanaman jagung yang juga punya maslahat adalah bagian tongkol alias bonggol jagung.
Selama ini, mungkin banyak petani menyepelekan dan membuang-buang tongkol jagung. Tapi, tidak dengan ibu saya. Beliau sangat rajin dan malah memanfaatkan tongkol jagung untuk bahan bakar memasak di tungku.
Caranya? Tongkol jagung yang baru saja dipreteli berasnya akan dijemur terlebih dahulu selama 3-5 hari. Jika dirasa sudah cukup kering, tongkol akan disimpan di dalam karung dan kemudian dijadikan teman kayu bakar untuk memasak di atas tungku.
Kami sebenarnya sudah terbiasa memasak menggunakan kompor gas. Tapi, sesekali saat mau masak rendang, soto maupun memanggang ayam, ibu saya lebih sering menggunakan kayu bakar.
Dan hebatnya, ternyata tongkol jagung masih menuai manfaat yang lain. Tongkol jagung yang sudah digiling juga bisa dijadikan pakan ternak, dijadikan bahan kerajinan, hingga bahan pengganti plastik.
Selain itu, tongkol jagung yang sejatinya merupakan limbah ini juga bisa berbuah dolar.
Adalah dari tangan Dean Novel, Wirausahawan Muda kelahiran Jakarta yang mampu menemukan pasar ekspor tongkol jagung untuk dijadikan media tanam budidaya jamur di Korea.
Mungkin kedengarannya terlalu sederhana, Tapi ternyata? Setiap bulan mereka mampu mengekspor 200 hingga 400 ton tongkol jagung dalam bentuk Corncobs Meal, rata-rata 300 ton dengan harga 135 USD per metrik ton. Keren, kan?
Begitulah seperangkat maslahat yang dituai oleh sebatang pohon jagung. Merupakan nikmat yang besar bagi kita bangsa Indonesia karena sudah dianugerahi tanah yang subur oleh Tuhan. Jaya selalu untuk para petani kita.
Salam Jagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H