Jagung manis misalnya. Barangkali orang akan berpikir bahwa harga jagung manis akan menjulang saat tahun baru hampir tiba.
Darinya, ramai orang-orang bertanam jagung manis. Tapi, setelah tanggal 1 Januari tiba, apa yang terjadi? Tentu saja jagung manis akan banjir dan jatuh harga. Sudah harga benihnya lebih mahal, pupuknya mahal, biaya urusnya mahal, dijual murah pula! Ya sudah, ikhlaskan saja. Sabar! Hoho
Beda halnya dengan jagung hibrida, walaupun harganya relatif jarang naik tapi bagi kami cukup stabil. Beras jagung hibrida yang sudah kering biasanya dijual Rp4.000-6.000.kgnya. atau, bisa juga dijual per kaleng. Yaitu berkisar Rp45.000-80.000/kaleng. Lumayan.
Harganya lumayan, tapi ternyata proses mengolah jagung menjadi beras juga lumayan. Hahaha
Jagung yang telah dipanen harus dijemur dulu 4-7 hari agar mudah dipreteli alias dirontokkan berasnya. Beruntunglah kita bila hari-hari yang dilalui sering panas, jadi cepat kering.
Nah, kalau sudah kering biasanya jagung hibrida lebih mudah untuk dicopot dari tongkolnya. Kebetulan keluarga kami sudah punya alat perontok sendiri, bukan pake gigi ya!Â
Entah apa nama alat ini, kami tak begitu paham. Tapi, kalian bisa lihat pada foto di bawah ini. Hahaha
Alat perontok beras jagung ini kami buat dari potongan-potongan karet sisa ban bekas yang kami kemudian kami pakukan di sebuah kayu balok. Kira-kira, mirip dengan rel kereta api.
Untuk cara penggunaannya, jagung yang sudah selesai dijemur bisa kita sorong agar rontok berasnya. Cukup mudah, kan? Hai jagung, meluncurlah!