Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sabar Ya Bapak-Ibu Menteri, Pak Jokowi Hanya "Semitak Buk Neak Gelpung!"

30 Juni 2020   13:48 Diperbarui: 30 Juni 2020   13:41 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jengkel, kesal, sedih, kecewa, dan marah, begitulah kiranya ekspresi Pak Jokowi di hadapan para menterinya pada 18 Juni 2020 lalu. Hari ini, 12 angka sudah menjauh dari kalender dan kita sebagai rakyat baru melihat kemarahan Pak Presiden tercinta ini.

Kadang, ingin pula kita bertanya mengapa kok video ini baru diposting setelah dipendam selama 10 hari, mengapa kok Pak Jokowi baru terdengar marahnya, dan apa saja yang telah dilakukan kabinet kerja Pak Presiden selama 10 hari itu. Tapi?

Sejauh mata ini memandang dan seluas alam pikir kita yang berlabuh, nyatanya kemarahan Pak Jokowi menghadirkan berbagai rasa dan dugaan. Sebagai rakyat yang cinta Indonesia, sudah pasti rasa awal yang hinggap di perasaan kita adalah empati, peduli, dan mendukung.

Tapi, karena yang berbicara adalah orang nomor 1 di Indonesia, maka banyak pula dugaan yang muncul. Mulai dari dugaan pengalihan isu, peluang reshuffle kabinet, sengaja membuka aib pemerintah, hingga tebakan bahwa kemarahan Pak Presiden sudah berada di level tertinggi pun ada.

Terang saja, dugaan-dugaan dan perasaan ini tidak akan lahir andai seluruh sektor di negeri ini mampu berdiri tegak di tengah kibasan pandemi. Tapi karena kenyataannya berbicara lain, maka jadilah kewajaran bahwa Pak Jokowi akan marah.

Kenyataan yang paling terang kemilaunya adalah angka-angka kasus covid-19 yang terus menjulang nominalnya. Ibaratkan air yang merembes ke sebuah tisu, wabah jahat ini menjalar ke berbagai sektor mulai dari kesehatan, ekonomi, wisata, pemerintahan, hingga pendidikan.

Maka dari itulah, sangat bagus bila kemudian ada sindir-menyindir bahkan kemarahan dari Pak Jokowi. Tapi, kalau sudah diekspos ke publik, apakah ini elok?

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, tidak elok Presiden Jokowi melempar spekulasi reshuffle kabinet dengan memublikasikan video tersebut.

Gara-gara dimunculkan spekulasi tersebut, perhatian para menteri justru tertuju pada upaya mengamankan posisinya masing-masing. Lalu, apakah upaya ini negatif?

Terlepas dari "ancaman" reshuffle ini, tetap saja tugas para menteri yang sempat disebut oleh Pak Jokowi harus dilaksanakan secara extraordinary.

Biar bagaimanapun, seorang pemimpin baik itu pada lingkup kementerian maupun berbagai jajaran yang dinaunginya tetap harus memunculkan aksi sekaligus menjawab kejengkelan Pak Jokowi.

Jujur saja, setelah sekian purnama kita diserang oleh wabah, barulah kini terdengar "nyali" dari Presiden. Apakah jengkel ini tidak terlambat! Upload video sudah telat 10 hari, aksi-aksi menteri tersorot juga masih dianggap biasa-biasa saja hingga hari ini.

Kalau pun Pak Jokowi mau segera reshuffle menteri, sudah barang tentu tindakan itu sangat tidak mudah dan mempertaruhkan reputasi politik Pak Presiden.

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie mengungkapkan bahwa ada potensi Jokowi terhalang kekuatan partai politik, yaitu PDI Perjuangan. Apalagi, Ketua Umum PDI Perjuangan Bu Megawati secara gamblang menyebut Jokowi sebagai petugas partai.

Jadi, tidak semata salah bila kemudian Jerry menyebut bahwa wacana reshuffle kabinet ini adalah momentum uji nyalinya Pak Jokowi.

Pak Jokowi boleh-boleh saja mengungkapkan kemarahan dan kejengkelannya. Tapi, apa buah dari ketegasan yang akan rakyat dapatkan kemudian?

Agaknya walaupun para menteri ternilai "cari aman", belum tentu juga kinerjanya mampu diperjuangkan sebagaimana mereka berusaha untuk masuk ke ruang aman itu sendiri.

Tercatat ada 3 kementerian yang disorot oleh Pak Jokowi. Ada kementerian bidang ekonomi, bidang sosial, dan juga kementerian kesehatan yang ketiganya dinilai "biasa-biasa saja." tapi, bukan berarti menteri-menteri di sektor lain juga bisa dicap aman, kan?

Ya, ungkapan kejengkelan Pak Jokowi saat ini hanyalah seperti "Semitak Buk Neak Gelpung" yang dalam pepatah Rejang dapat diartikan "Menarik Rambut di Tepung."

Ilustrasi tepung. Gambar oleh Bruno /Germany dari Pixabay 
Ilustrasi tepung. Gambar oleh Bruno /Germany dari Pixabay 

Rambut di sini kita anggap sebagai masalah, dan tepung bisa kita anggap sebagai kehidupan di bumi Pertiwi. Artinya, dalam tuangan video singkat tentang sidang kabinet paripurna itu berisikan beberapa helai rambut alias masalah yang sengaja ditarik Jokowi untuk dicarikan solusinya.

Semitak Buk Neak Gelpung dalam pepatah Rejang bukan untuk memperkeruh keadaan melainkan untuk membahas dan menyelesaikan suatu permasalahan secara musyawarah agar kemudian mampu diterima oleh seluruh pihak, termasuk dalam hal ini, rakyat Indonesia.

Jadi, sangat disayangkan bila kemudian tidak ada tindak lanjut dari kejengkelan Pak Jokowi ini. Apa lagi sampai lahir oknum-oknum tertentu yang kembali mencoba memanaskan sekaligus mengalihkan isu.

Jika ada yang sengaja? Berarti itulah oknum yang Pak Jokowi sebut-sebut tidak punya perasaan. Gawat!

Kebetulan 3 kementerian yang sudah disebutkan di atas tadi yang mendapat jatah "disorot." Mau tidak mau harus ada aksi yang gesit, suasana negeri ini sudah "tidak normal" lagi karena krisis.

Meski demikian, bukan berarti Bapak/Ibu menteri yang lain bisa merasa aman-aman saja. sebagai negara besar, kita terus didatangi oleh masalah-masalah yang cukup ruwet dan kompleks.

Sebut saja seperti sektor pendidikan. Panasnya polemik PPDB bisa jadi batu sandungan yang tajam untuk meredupkan kemilau Mas Nadiem. Masalah ini jelas tidak bisa dianggap remeh. Orangtua murid sampai melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Kemendikbud.

Terbaru, Lewat pengacara publik David Tobing, para orangtua yang tergabung dalam Forum Orang Tua Murid dan Gerakan Emak Bapak Peduli Pendidikan (Geprak) melaporkan Kepala Dinas Pendidikan DKI ke Ombudsman RI.

Atas perkara ini, jika dibiarkan lama-lama dan terus berkelanjutan, bukan tidak mungkin Pak Jokowi juga akan ikut jengkel. Artinya, Bapak/Ibu menteri yang bernaung bersama kabinet Pak Presiden pasti akan dapat giliran.

Apakah nantinya para menteri yang sempat dijengkelin oleh Pak Jokowi akan susah tidur? Rasanya tidak hanya menteri, semua pemimpin yang peduli dengan rakyat dan merasa bahwa di dalam dirinya tertanam amanah sudah pasti akan susah tidur. Kecuali?

Ya, itu tadi. Seperti yang Pak Presiden katakan. Kecuali mereka yang tidak punya perasaan dan menganggap ini biasa-biasa saja.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun