Tadi malam saat saya sedang bersiap memposting artikel bola di Kompasiana, tiba-tiba saja listrik mati secara tak terduga. Suasana kamar saya jadi gelap dan yang  bercahaya hanyalah laptop semata. Beruntung baterainya masih cukup banyak hingga saya bisa posting tulisan.
Beruntungnya lagi, ternyata putusnya listrik di desa kami hanya bertahan selama setengah jam. Dan saat ayah saya menyetel televisi, terdengarlah alunan lagu seperti ini:
"Seperti mati lampu, ya sayang. Seperti mati lampu!"
Ya, secara tidak sengaja acara televisi saat lampu mulai hidup tadi bersamaan dengan lantunan lagu Nassar. Lantas, apakah saya langsung berjoget ria?Â
Sayangnya, saya tidak terlalu suka yang seperti itu! Hahaha
Nah, berbarengan dengan lagu Nassar tadi kebetulan saya sedang aktif mengamati grup WA Kompasioner Penulis Berbalas. Saat itu disinggunglah sedikit percakapan tentang label tulisan di Kompasiana berikut dengan kesenangannya.
Ada label biru (Pilihan), dan ada pula label HL (Headline/Artikel Utama). Siapa yang tidak senang bila saat menulis di Kompasiana tiba-tiba saja mendapatkan kedua label ini.
Jika dapat label pilihan, maka peluang untuk menggapai K-Rewards akan terbuka. Dan jika mendapat label HL, maka peluang untuk mendapatkan berbagai kesenangan pun menghampiri.Â
Traffic pembaca naik, dapat ucapan selamat, dan hati penulis pun bersenang ria gembira.
Tapi, bagaimana jika di suatu hari kemarin maupun esok kita tidak mendapatkan kedua label itu? Berarti, kita akan mendapatkan lawan dari kata senang. Apakah sedih? Bisa jadi, kan?
Sayangnya lagi, lawan kata senang tidaklah sedih semata. Ada duka, ada benci, ada susah, ada sengsara, ada siksa, ada derita, ada jengkel, dan banyak pula yang lainnya.Â
Jadi, apakah hati ini cukup kuat untuk menampung berbagai jenis lawan kata dari senang itu? Oh, Dilan!