Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Curhat Ramadan Tahun Ini: Gula Aren Kami "Merajuk!"

5 Mei 2020   22:40 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:55 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan tahun ini, buah aren alias beluluk sangat sedikit. Dok. Ozy V. Alandika

"Bulan penuh kemuliaan yang berada pada situasi tak terduga," kiranya ungkapan ini cukup cocok direkatkan pada bulan ramadan tahun ini. Dibandingkan dengan tahun lalu, situasinya tak disangka, kondisinya tak terduga, dan kita menjalaninya dengan dinamika.

Gara-gara Covid-19, lahirlah semangat yang ditumpuk dan ditinggikan demi meredupkan kebosanan, muncullah gerakan bersama untuk berbagi, serta terbitlah perubahan tata perilaku agar tetap sehat.

Namun, lahirnya benih-benih adaptasi kehidupan di tengah wabah tidak selalu menyenangkan. Ibaratkan fenomena evolusi kehidupan, jika ada yang lahir, pasti ada pula yang mati, biarpun itu hanya sesaat.

Demikian pula kiranya dengan bulan ramadan tahun ini. Imbas dari pandemi, lahirlah tata kehidupan yang baru sebagai buah dari adaptasi. Tapi, cerita ramadan tahun lalu malah mati untuk sementara waktu.

Kegiatan buka bersama, tunda. Ibadah Tarawih berjamaah di masjid, tunda. Wisata sore hari dan berkumpul bersama teman-teman, tunda. Bahkan, sebagian pekerja pun harus dimatikan sementara pekerjaan tetapnya karena menerima surat duka yang bertuliskan "PHK."

Kedengarannya memang serba susah, apalagi mereka yang langsung mengalaminya! Bedanya, kesusahan yang kita alami tidaklah sama dengan kesusahan yang diperjuangkan oleh orang lain. Lain pekerjaan, lain beban. Beda status, beda pula tanggungan.

Sama halnya dengan orang lain maupun para pembaca di manapun Anda berada, saya bersama keluarga juga sedang kesusahan. Ada hal rumit menyangkut kehidupan yang harus kami perjuangkan, dan keringat juang ini lebih besar dibandingkan dengan ramadan tahun lalu.

Gula Aren Sedang "Merajuk"

Gula aren kami tak mau kering. Dok. Ozy V. Alandika
Gula aren kami tak mau kering. Dok. Ozy V. Alandika

Ya, di ramadan tahun ini pekerjaan utama keluarga saya sebagai petani gula aren yang berlokasi di desa Air Meles Atas, Curup, Bengkulu sedang macet alias terhambat.

Padahal, bila merujuk pada awal tahun ini dan juga tahun lalu, produksi gula aren sedang lancar jaya. Apa lagi di bulan ramadan, selain produksi gula aren kami hampir tidak pernah macet, harganya juga cukup stabil dan cenderung menjulang.

Ramadan tahun ini, buah aren alias beluluk sangat sedikit. Dok. Ozy V. Alandika
Ramadan tahun ini, buah aren alias beluluk sangat sedikit. Dok. Ozy V. Alandika

Tambah lagi, tahun lalu kami juga aktif memasak beluluk alias kolang-kaling untuk kemudian dijual sebagai tambahan uang jajan lebaran sang adik. Produksi gula aren lancar, harganya naik, dan ada tambahan penghasilan dari beluluk. Nikmat mana lagi yang mau didustakan!

Namun, kisah bulan ramadan di tahun ini agaknya menjadi ujian yang besar bagi keluarga kami. Entah sedang sakit atau malah tidak enak badan, tiba-tiba saja sejak hari pertama puasa hinggalah saat ini gula aren kami merajuk alias tidak mau kering.

Syahdan, kami cukup bingung dengan fenomena tidak biasa ini. Cuaca harian masih baik-baik saja, tapi entah mengapa kadar air nira sebagai bahan baku terciptanya gula aren malah terlalu asam dan cenderung banyak busa.

Kadar keasaman dan busa nira terlalu tinggi. Dok. Ozy V. Alandika
Kadar keasaman dan busa nira terlalu tinggi. Dok. Ozy V. Alandika

Gara-gara efek itu, gula aren yang sudah berhasil dicetak dalam tempurung/batok kelapa terus melembek dan tidak mau kering. Sebenarnya, postur gula aren yang lembek ini sangat enak untuk dimakan. Rasanya seperti mengunyah permen karet, bisa ditelan dan ngangenin.

Meski demikian, karena sudah memasak air nira dalam waktu 6-8 jam hingga tercipta gula aren, tentu kami sangat mengharapkan agar tumpuan penghasilan ini bisa layak jual.

Karena sikap gula aren yang sering merajuk, akhirnya banyak kayu bakar yang jadi bara sia-sia tanpa bisa jadi gula aren. Bahkan, dari beberapa kali produksi ada pula gula aren yang ngaret dan mengaca, alias membatu. Jadi ya, mau tidak mau harus diolah lagi dan dihancurkan pakai kapak.

Cukup sulit dan rumit sebenarnya. Dari produksi gula aren yang semestinya setiap hari, kali ini berubah menjadi seminggu tiga kali sehingga penghasilan harian pun menyusut.

Tambah lagi dengan harga gula aren yang terkesan dingin dan jalan di tempat. Ya, harganya masih Rp16.000/kg, belum naik dan semoga saja tidak turun.

Sejatinya, harga gula aren yang terkesan jalan di tempat ini bukanlah karena kami sedang latihan baris-berbaris. Kenyataan ini adalah imbas dari Covid-19 yang menjadikan pasar takjil sepi, minat gula aren kurang, serta distribusi ke luar provinsi menjadi macet.

Rasanya, andai saja gula aren bisa berubah bentuk jadi gula pasir, kami dan sebagian besar petani gula aren di Curup akan sangat bahagia. Bagaimana tidak, gula pasir eceran di sini sudah menembus harga Rp20.000/kg, sedangkan harga gula aren jauh berada di bawahnya.

Dari sini, sudah sangat wajar jika gula aren merajuk. Terang saja, dari sisi manapun bila dibandingkan dengan gula pasir, gula aren unggul jauh. Dari sisi manfaat, gula aren pro. Dari sisi keaslian, gula aren orisinal. Dan dari sisi bentuk, gula aren lebih besar. Hahaha

Buah beluluknya mana? Dok. Ozy V. Alandika
Buah beluluknya mana? Dok. Ozy V. Alandika
elum selesai di sana, buah beluluk di ladang kami tahun ini hanya sedikit. Belum sampai bulan puasa, buahnya sudah keduluan habis direbus. Jadi, pupus sudah niat untuk membuat manisan beluluk dari hasil ladang sendiri. Tapi, tak mengapalah. Yang penting, kita sehat.

Jika dirasa lebih dalam, agaknya ramadan tahun ini meninggalkan ujian yang cukup berat bagi keluarga kami, terutama dari sisi penghasilan. Namun, karena kesusahan adalah ujian dan kehadiran Covid-19 adalah cobaan, kami serta kita semua harus tetap istiqomah berikhtiar.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Begitulah kata Qur'an Surah Al-Insyirah ayat 5-6. Semoga kesulitan-kesulitan yang kita hadapi semakin menguatkan iman dan berakhir dengan kemuliaan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun