Sebenarnya, di kala WFH, yang lebih beruntung adalah orang-orang desa seperti kami. Terang saja, ngabuburit tidak perlu repot-repot karena halaman rumah kami saja sudah indah. Menatapnya di saat pagi hari sudah berasa seperti sedang wisata. Begitu memesona.
Lebih dari itu, ngabuburit juga banyak tantangannya, terutama untuk stabilitas dompet kita. Sering-sering menatap kalau di bulan puasa, godaannya lebih besar. Jangankan mau ke pasar takjil ataupun minimarket, di depan rumah kami saja sudah ada godaan yang tidak sepele.
Ya, ada cermin yang sudah merah merona. Kalau sudah kelihatan dari pintu depan rumah di siang hari, cermin tadi serasa berbisik "Makanlah kami", "Ciciplah kami". Bayangkan saja bila tak kuat hati. Jangankan cermin, pohonnya pun bisa ditebang oleh Emakku. Hehehe
Sudah, Ah. Kalau cerita tentang makanan tidak akan ada selesai-selesainya. Saya sudahi saja, dan mari kita terus gaungkan semangat berpuasa. 19 hari lagi, lebaran!
Salam.
*Bahasa Rejang: Kita sekarang kan sudah berdiam di rumah aja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H