Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Guru, Mulai dari Terpaksa, Menjalani, dan Betah

29 April 2020   21:45 Diperbarui: 29 April 2020   21:54 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama murid-murid saat menjadi guru honorer di SMP. Dok. Ozy V. Alandika

Guru, apa itu? Tidak pernah terbesit dipikiranku bahwa aku akan menjadi seorang guru hari ini. Profesi yang mulia ini sebenarnya hanya menjadi opsi terakhirku.

Terang saja, profesi dokter, dosen, akuntan, hingga aktor kelihatannya lebih prestisius daripada harus jadi guru. Namun, nyatanya jalan berliku berikut dengan gang-gang buntu di sela hidup seakan menjadi petunjuk arah bahwa aku sebaiknya jadi guru (saja).

Tapi, guru apa dulu?

Targetku waktu SMA sebenarnya adalah dokter, namun karena isu-isu biaya kuliah hingga setengah milyar, cita-citaku turun, yaitu dosen Matematika.

Kalaupun nanti memang benar-benar tidak ada harapan untuk jadi dosen, minimal aku bisa jadi guru Matematika. Penurunan target ini didasari atas tes IQ yang bernilai numerikal 90.

Aku pula masuk di jurusan IPA saat SMA, sehingga tingginya nilai numerikal seakan menjadikan motivasi untuk kuliah di bidang Matematika atau Statistik semakin menggebu-gebu.

Lain motivasi, lain pula kebiasaanku. Jika kebanyakan orang yang ingin jadi guru Matematika selalu berusaha dekat bahkan tidur dengan angka-angka, aku malah sibuk mengajar BTA (Baca Tulis Al-Qur'an) setiap sore di rumah.

Sebenarnya agak terpaksa mengajar, karena desakan tetangga yang kukuh menegaskan bahwa anak-anak mereka senang denganku. Apa boleh buat!

Pertama kali mengajar di rumah, muridku cuma 2. Saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMA. Seminggu kemudian, bertambah menjadi 5, terus 10, bahkan tembus 20 murid.

Wah, ramai ya? Karena keramaian itulah aku mulai menikmati profesi sebagai guru BTA. Meskipun kadang-kadang aku bosan dan sering marah-marah tidak keruan, anak-anak malah tambah suka dan menganggap itu hiburan. Waduhhh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun