Dini hari tadi, masihkah Anda semangat bangun sahur?
Rasanya semakin bertambah hari di bulan puasa, bangun sahur terasa semakin susah. Hari pertama, mungkin sebagian orang begitu semangat menjalani sahur hingga mereka bangun lebih cepat daripada alarm. Tidak terpungkiri memang, sahur perdana kesannya begitu wow.
Hari kedua dan ketiga, barangkali semangat bangun sahur masih sama. Tapi, bagaimana dengan hari kelima dan seterusnya?
Jujur saja, mulai malam keempat puasa saya terasa sulit untuk bangun sahur. Jika di malam pertama saya bangun tanpa alarm, mulai malam keempat saya harus menyetel 2-3 alarm di handphone dengan jarak waktu yang berbeda-beda.
Ada jam 03.00, jam 03.20, dan ada pula jam 03.40. Kadang, jam 03.00 dini hari sudah terbangun, tapi karena belum sadar, akhirnya terpejam lagi. Kadang pula, hingga alarm terakhir bunyi, saya malah tak bangun-bangun hingga akhirnya dibangunkan oleh adik. Hihihi
Mengapa saya susah bangun? Agaknya, ini adalah efek cuaca dingin dini hari. Terang saja, di daerah tempat saya tinggal (Curup), suhu saat bangun sahur berkisar 15-18 derajat celcius. Cukup dingin, kan? Itu karena rumah kami di daerah dataran tinggi dan dekat dengan gunung.
Karena dingin dan saya tak begitu terbiasa bangun di bawah jam 04.00, maka gejala masuk angin mudah saja bertamu. Gejala yang sering saya alami adalah kedinginan, radang tenggorokan, pilek dan kadang pula bisa sampai demam.
Uniknya, saya bukanlah orang yang suka minum obat. Apalagi obat pabrik, rasanya mendingan saya buang obat itu daripada harus meminumnya. Tapi, beruntungnya saya cukup suka memasak dan meramu sesuatu sehingga saat badan kurang enak, saya membuat ramuan sendiri.
Nah, baik saat bulan puasa atau bulan-bulan biasa saya suka memasak ramuan air jahe yang dicampur dengan gula aren. Kami di sini menyebutnya sebagai komik jahe. Bukan komik yang berisi cerita bergambar itu, ya!
Barangkali, kesukaan saya ini adalah efek profesi keluarga kami yang bertani gula aren. Selain itu, tanaman jahe pun banyak di samping rumah sehingga saya bisa memasaknya sendiri, terutama untuk memberantas gejala masuk angin dan radang tenggorokan.
Kebetulan, dua hari belakangan ini badan sudah berasa kurang enak. Apalagi kualitas suara, saya jadi susah untuk latihan tilawah karena suara ini parau alias serak. Mau minum siang-siang gak mungkin, kan? Mau kumur-kumur juga sia-sia, gak berasa di tenggorokan. Hohoho
Maka darinya, saya mulai rutin mengonsumsi komik jahe baik di malam hari maupun sesudah makan sahur. Memasaknya juga cukup mudah, tidak perlu belajar dari ahli atau koki handal.Â
Kita hanya butuh beberapa ruas jahe dan sepotong gula aren. Kata orang, sebaiknya pakai jahe merah. Tapi, karena di sini adanya jahe biasa akhirnya saya pakai yang biasa saja. Lebih mudah mendapatkannya.
Adapun cara meramu komik jahe versi saya, terlebih dahulu kita kupas kulit jahe kemudian mencucinya sampai bersih. Setelah itu, saya biasanya memotong jahe menjadi potongan kecil dan tipis untuk kemudian direbus dalam waktu 10-15 menit.
Untuk air rebusannya sendiri, bisa ditakar sesuai selera. Karena kebetulan saya suka komik jahe yang pedas dan berasa hangat di tenggorokan, saya menggunakan takaran 3 gelas air untuk kemudian direbus bersama 6-8 ruas jahe yang sudah dipotong kecil-kecil.
Jika sudah tercium wangi yang luar biasa dari jahe tadi, maka kita tinggal mencelupkan beberapa potong gula aren. Kalau mau dapat pedasnya, gula arennya sedikit saja. Kalau mau dapat manisnya, ya sudah tidak usah dimasak. Makan saja gula arennya. Hihihi
Bercanda, ya. Menurut saya, lebih baik maksimalkan pedas jahenya daripada manis gulanya. Biar segar dan terasa di badan saat mengonsumsinya.
Kalau tadi air rebusan jahe sudah dicampur gula dan teraduk rata, maka sudah saatnya kita menikmati komik jahe gula aren buatan sendiri. Tidak lama kok membuatnya, andai kita lincah dalam mengupas jahe, berarti dalam waktu 20 menit komik jahe sudah siap diminum.
Tapi, air rebusannya disaring dan tunggu agak dingin dulu, ya! Kalo buru-buru, nanti bisa hancur bibir dan lidah indah yang kita punya. Hohoho
Di bulan ramadan, saya sering mengonsumsi komik jahe setelah melakukan ibadah shalat Tarawih. Biasanya setelah Tarawih maupun tadarus, kita belum langsung tidur, kan? Ya, saya sendiri terus berusaha untuk menyempatkan diri untuk menulis di Kompasiana.
Khasiat Komik Jahe Gula Aren
Mengapa saya pilih gula aren, bukan gula pasir maupun gula putih? Ternyata, mengonsumsi gula aren itu banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan tubuh.
Menurut pakar kesehatan, gula yang diolah dari penyadapan air nira milik pohon aren (Arenga pinnata Merr) ini dapat meningkatkan sistem kekebalan dan stabilitas tubuh, mencegah kanker, mencegah kerusakan serta menghaluskan kulit.
Lebih dari itu, gula aren juga dapat mengatasi anemia, menjaga kadar kolesterol dan sistem pencernaan, mengobati sariawan, bahkan bisa mendukung program diet. Berarti, beruntunglah kami yang punya lahan aren sendiri, dan pantaslah saya tidak kunjung gemuk, ya. Hehehe
Sedangkan bagi orang yang sering mengonsumsi air jahe, manfaat yang didapat yaitu meredakan pusing, mual, dan nyeri haid, mengurangi stres, memperkuat sistem imun hingga mencegah kanker.
Jadi bisa dibayangkan nikmat sehat jika air jahe dikolaborasikan dengan gula aren, kan? Pengalaman selama ini, saya merasakan khasiat yang nyata seperti tubuh lebih hangat, saat bangun sahur pegal-pegal dan masuk angin jadi hilang, dan terpenting, suara saya bisa pulih.
Bahkan, saat demam pun saya lebih memilih mengonsumsi komik jahe gula aren. Namun, nuansa pedasnya lebih tinggi lagi sehingga saya sampai keringatan saat meminumnya.
Karena di bulan ramadan kali ini cuaca di Curup masih cukup dingin, agaknya saya masih akan sering-sering memasak ramuan komik jahe gula aren. Meskipun tidak wajib tiap hari, jika gejala-gejala sakit ringan seperti masuk angin sudah di depan pintu, maka saya harus gerak cepat untuk meramu komik jahe gula aren.
Di bulan puasa 3 tahun lalu, malahan saya sangat sering mengonsumsinya. Bagaimana tidak, waktu itu saya belum jadi guru alias masih bekerja di pabrik pembuatan buku tulis di daerah Perawang, Riau yang menerapkan sistem shift.
Karena saya sering lembur dan setiap 5 hari dalam seminggu selalu dapat shift sore hingga tengah malam, mau tidak mau saya harus membawa bekal berupa komik jahe gula aren hampir setiap hari.
Uniknya, rekan-rekan kerja saya di sana belum pernah mencicipi komik jahe rasa gula aren khas Curup. Sekali saja mencicipi, mereka langsung jatuh cinta hingga di shift malam selanjutnya saya harus membawa komik jahe gula aren dengan porsi yang lebih banyak.
Kadang saya cukup kesal karena harus menenteng tas berat-berat ke pabrik. Tapi, karena rekan kerja sudah terlanjur suka, saya pun jadi tambah semangat kerja dan semangat menjaga kesehatan.
Jadi, di bulan ramadan kali ini, marilah kita terus menjaga dan mengupayakan diri agar tetap sehat. Semoga puasa kita full, dan semoga ibadah kita diterima oleh Allah. Aamiin.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H