Beliau menerangkan bahwa permintaan maafnya kepada Dewan Etik seakan diabaikan dan malah berbalik tuding mengancam nyawa KPAI.
Bagaimana tidak, isi lembaga yang selama ini masih diragukan sepak terjangnya oleh sebagian besar netizen malah dikeluarkan oleh Sitti.
Entah ini aib atau hanya sekadar provokasi berbalas, Sitti merasa keputusan ini tidak adil dan KPAI tidak memiliki standar prosedur di tingkat internal atas masalah etik.
"Saya melihat ada upaya mengadili saya dengan cara yang berlebihan, ketidakmampuan pimpinan dalam mengelola manajemen internal KPAI serta manajemen konflik di dalamnya," ucap Sitti, Sabtu (25/04/2020).
Lebih lanjut, Sitti juga menambahkan bahwa dirinya akan menuntaskan pembenahan lembaga KPAI dari oknum-oknum yang hanya mempertontonkan syahwat kekuasaan saja. Jika pernyataan ini benar-benar berdalil, maka nyawa KPAI bisa jadi taruhannya.
Yang jelas, KPAI hari ini sudah semakin susah memperbaiki namanya. Di awal-awal tahun ini saja KPAI sudah memojokkan guru beberapa kali. Perihal itu saja sudah membuat publik kecewa dan berpandang sebelah mata.
Tambah lagi dengan tuah dari lisan pejabat publik yang asal ceplas-ceplos dalam pernyataan "berenang bisa hamil", maka kesalahan ini sudah cukup untuk membuat bangsa dan negeri ini malu.
Jika tidak ada perbaikan, kejelasan serta pembenahan isi dari KPAI maka sulit kiranya lembaga ini mendapat tempat di hati masyarakat.
Efek mulutmu harimaumu saja sudah begitu dahsyat, hingga kita tahu bahwa melukai hati rakyat itu sangat mudah tapi menyembuhkannya amatlah susah. Apalagi jika terkuak ada konflik kepentingan di dalam kubu KPAI, maka tambah pudarlah eksistensi lembaga ini.
Salam.