Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duh Corona, Kali Ini Guru Rindu "Jalan-jalan"

19 April 2020   15:57 Diperbarui: 19 April 2020   15:50 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Redi bersama anak didiknya. Dok. Pak Redi

"Sekolah di rumah", "belajar di rumah", dan "mengajar dari rumah." Rasanya ketiga kolaborasi kalimat ini akan menjadikan "kerinduan terhadap sekolah" sebagai konklusi. Tidak guru, tidak siswa, rasa rindu itu tetap sama, bertumpuk dan segera bersiap untuk bertumpah-ruah.

Wajar saja kiranya, sebulan ini semua orang sudah berusaha untuk membetahkan diri di rumah. Semua diupayakan demi kesehatan, keselamatan dan ketaatan kepada negara maupun pemerintah. Makin cepat corona berlalu, makin cepat kita semua menikmati "kebebasan."

Kadang kita cukup kesal dengan orang yang bandel-bandel dan tidak peduli kengerian corona. Biarpun demikian, kita ambil saja sisi positifnya yaitu mungkin mereka kurang edukasi. Maka siapa saja yang dekat dengan orang yang bandel corona, maka edukasilah.

Sisi positif yang lain, mungkin mereka yang bandel-bandel ini tidak biasa menahan rindu. Karena bosan melihat jalan kesepian, rumah makan tiada orang, maka mereka sajalah yang datang. Padahal, jika rindu kan tinggal ungkapkan saja? Apa salahnya, kan?

Malam tadi, tepatnya jelang tidur saya mendapat chat ungkapan kerinduan dari teman seperjuangan yang juga seorang guru. Ia bertutur pesan kepada saya:

"Pak, guru juga rindu jalan-jalan!"

Saya biasa memanggilnya Pak Redi, seorang guru olahraga yang mengajar di salah satu SD Negeri di kabupaten Kepahiang, Bengkulu. Kami baru kenalan satu tahun belakangan ini dan semakin akrab karena pernah tinggal serumah saat pelatihan prajabatan beberapa bulan lalu.

Saat beliau bilang rindu "jalan-jalan", saya langsung menangkap kerinduan apa yang ingin diungkapkan. Maksud dari ungkapan "jalan-jalan" itu adalah rindu belajar di dan dari alam. Jadi, bukan rindu jalan-jalan alias bolos pada jam kerja, ya! Uppss

Pak Redi menurut saya adalah salah satu guru yang beruntung di dunia. Bagaimana tidak beruntung, beliau mengajar di SD yang dekat dengan tempat-tempat wisata. Ada air terjun, ada persawahan, dan ada kebun teh. Tambah lagi beliau adalah guru olahraga, "cocok nian, kan?"

Rasanya tidak hanya Pak Redi yang rindu, pasti anak-anak yang diajarnya lebih rindu lagi. Bukan semata dengan sekolahnya, tapi dengan jalan-jalannya.

Terang saja, banyak hal bermanfaat yang bisa didapat anak ketika mereka bisa belajar dan jalan-jalan. Biarpun kegiatan jalan-jalan itu hanyalah sekadar mengitari desa atau juga persawahan, tetap saja ada banyak kenikmatan yang anak-anak dapatkan.

Lebih Dekat dengan Alam

Pak Redi bersama anak didiknya. Dok. Pak Redi
Pak Redi bersama anak didiknya. Dok. Pak Redi
Dengan jalan-jalan, anak akan merasa dan terasa lebih dengan alam. Biarpun sekolah di desa dan tinggal di desa, rasanya nikmat jalan-jalan dan berdekatan dengan alam tidak pernah berubah.

Anak-anak akan lebih sering mendengar suara kicauan burung, desiran air terjun, kodok-kodok di sawah, bahkan tupai yang menyebrang ke pohon lain pun mereka tahu.

Anak-anak didik Pak Redi bersiap belajar dengan alam. Dok. Pak Redi
Anak-anak didik Pak Redi bersiap belajar dengan alam. Dok. Pak Redi

Selain itu keakraban juga tercipta. Ada petani bertanam padi, mereka sapa. Ada petani memetik daun teh, mereka tegur. Ada pedagang siomay lewat, mereka beli. Upps, kalo dibolehin sama Pak Redi, ya! Hohoho

Saat anak-anak sudah dekat dengan alam, secara tidak langsung ada pembelajaran penting yang bisa ditanamkan oleh guru, yaitu mulailah peduli dengan lingkungan sejak dini dan teruslah merawat alam seumur hidup.

Dapat Olah Raga, Olah Rasa, dan Olah Kesehatan

Anak-anak didik Pak Redi. Dok. Pak Redi
Anak-anak didik Pak Redi. Dok. Pak Redi
Inilah alasan mengapa tadi saya sebutkan Pak Redi sungguh beruntung. Sebagai guru olahraga, beliau tak perlu susah-susah terus menyuap anak dengan teori.

Terang saja, pelajaran olahraga yang dituangkan untuk SD lebih menekankan kesehatan dan kebahagiaan daripada sekadar skill. Dengan belajar olahraga, anak diharapkan dapat terus peduli dengan kesehatannya, dan terpenting mereka juga harus bahagia.

Untuk mewujudkan harapan ini, alam adalah salah satu lahan terbaiknya. Dari alam, anak dapat olah raga, olah rasa, dan olah kesehatan.

Dari sekolah berangkat ke persawahan misalnya, anak bisa diajak lari-lari kecil sembari bertegur sapa dengan alam. Pun di dekat area kebun teh, anak bisa diajak senam sembari becakap-cakap dengan alam.

Belajar Menjadi Menyenangkan

Anak didik Pak Redi saat belajar dekat wisata air terjun. Dok. Pak Redi
Anak didik Pak Redi saat belajar dekat wisata air terjun. Dok. Pak Redi

Mengapa saya tulis kata "menyenangkan" sebagai penutup? Saya yakin kata ini adalah alasan terbesar dari kerinduan yang ingin diungkapkan oleh anak-anak hari ini. Selain rindu dengan sekolah, anak-anak juga rindu untuk bercengkramah dengan alam, belajar bersama alam.

Sebelum corona melanda, saya juga merasa lebih mudah menuangkan materi pelajaran saat anak-anak berada di alam (di taman baru belakang sekolah waktu itu). Anak lebih cepat menangkap materi pelajaran, dan waktu juga sangat cepat berlalu.

Kiranya, kemudahan ini juga dirasakan oleh Pak Redi. Terlebih lagi beliau mengajar di bidang olahraga. Olahraga bagi SD, capaiannya tidaklah muluk-muluk. Tuntutan utama pembelajarannya adalah sehat dan menyenangkan.

Pak Redi bersama anak didiknya. Dok. Pak Redi
Pak Redi bersama anak didiknya. Dok. Pak Redi

Inilah mengapa sebutan pelajaran olahraga untuk SD adalah Penjasorkes, alias pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Tidak mutlak ada tuntunan skill di sini melainkan hanya mengutamakan kesehatan jasmani, rohani, dan kebahagiaan anak-anak.

Alam menyediakan kebahagiaan itu, dan alam pulalah yang memberikan kita segenap fasilitas-fasilitasnya. Kita dan anak-anak hanya perlu hadir, jumpa dan lebih dekat dengan alam. Itulah kebahagiaan guru dan anak-anak, dan itu jugalah saat-saat yang menyenangkan untuk belajar.

Sayangnya, kata "menyenangkan" saat ini sedang dipinjam oleh virus corona. Sudah cukup lama, bahkan bulan Ramadhan kali ini pun mau direnggutnya.

Maka dari itu, lagi-lagi mari kita berdoa agar corona segera pergi dan mengembalikan kesenangan anak-anak di bumi Indonesia. Perjuangan belum usai, mari berjuang bersama perangi corona. Semangat!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun