Senin (13/04/2020) adalah hari dimulainya pembelajaran dari rumah melalui TVRI. Agaknya hal ini merupakan momentum yang cukup besar di tahun 2020, terutama dalam ranah pendidikan.
Terang saja, di tengah pandemi Covid-19 wajah pendidikan Indonesia harus tetap tertata dan kegiatan pembelajaran mesti terus berjalan. Tidak ada alasan untuk berhenti belajar, karena sejatinya pendidikan itu bisa ditempuh seumur hidup dan diupayakan dengan berbagai cara.
Kehadiran kebijakan social distancing, physical distancing bahkan PSBB seakan memaksa pembelajaran untuk diterapkan secara lebih kreatif. Di sinilah Indonesia yang luas ini berjumpa dengan tantangannya.
Sebulan belakangan ini, salah satu upaya yang digaungkan pemerintah adalah pembelajaran jarak jauh via daring. Kiranya kebijakan ini cukup kreatif karena bersandar pada teknologi, tapi karena kualitas pendidikan kita belum merata timbullah berbagai keluh dan masalah.
Mulai dari keluhan tentang pembelajaran online yang suka macet dan nge-lag, siswa yang terlalu terbebani oleh tugas-tugas pemberian guru, hingga mindset guru pun ikut-ikutan jadi biang tersalah.
Sampai di sini, timbullah sebutir pertanyaan krusial:
"Apakah pendidikan hari ini hanya untuk orang kaya saja?"
Gelaran pembelajaran via daring yang sudah berjalan dari awal bulan seakan menjadi biang munculnya pertanyaan ini.
Jujur saja, tidak semua orangtua siswa mampu kuota internet, tidak semua siswa punya Smartphone dan dari ketidak-punyaan ini siswa terpaksa numpang berkirim tugas dengan teman atau tetangga sebelah. Sesekali, okelah. Tapi, tidak mungkin numpang terus, kan?
Maka dari itulah, cukup bijaksana jika pemerintah melalui Mas Nadiem dan Kemendikbud menggandeng TVRI untuk mencerdaskan siswa secara lebih kreatif. Melalui tontonan televisi, tidak ada lagi perbedaan kaya-miskin karena semua siswa bisa sama-sama terlayani.
Lebih jauh, kesempatan belajar via TVRI bisa dijadikan momentum untuk melakukan evaluasi besar-besaran terhadap sistem pembelajaran via daring.