Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membuat Kesalahan Lebih Baik daripada Memalsukan Kesempurnaan

25 Maret 2020   12:13 Diperbarui: 25 Maret 2020   12:53 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by asysyariah.com

Bohong besar jika ada orang yang mendeklarasikan bahwa dirinya tidak pernah salah. Setiap manusia pernah salah dan itulah fitrahnya.

Mengapa ada aturan hubungan kepada Tuhan, kepada sesama manusia, kepada hewan, dan kepada lingkungan, itu karena setiap manusia pernah salah berbuat.

Kepada Tuhan, berkali-kali seseorang ingkar. Kepada sesama manusia, berkali-kali seseorang menzalimi, menghakimi, memanfaatkan kebijakan demi ego sendiri, merampas hak dan kewajiban, hingga menyakiti hati.

Kepada hewan, berkali-kali seseorang mengusik kenyamanan hidup para hewan, berkali-kali pula ia membunuh serta memutuskan mata rantai kehidupan hewan. Dan kepada lingkungan, berkali-kali seseorang menyumbatkan sungai, "menggelitik" hutan hinggalah terjadi bencana.

Apakah kesalahan-kesalahan ini bisa dimaafkan? Saat sebuah kesalahan telah melanggar perintah Tuhan, seseorang bisa bertaubat. Saat seseorang berbuat kesalahan kepada sesama, ia bisa segera meminta maaf.

Sedangkan saat seseorang mengusik ketentraman hewan dan lingkungan, ia perlu menjalankan sanksi karena keduanya tidak bisa menerima permintaan maaf. Ruginya, hewan saat terusik kadang langsung balas dendam dengan turun ke perumahan warga.

Lingkungan juga demikian, suka balas dendam dan datang sebagai banjir, longsor, hingga kebakaran hutan. Satu orang yang mengusik lingkungan, satu kabupaten bahkan provinsi bisa kena getahnya.

Lalu, bagaimana dengan hubungan sesama manusia?

Perlu ditegaskan lagi bahwasannya membuat kesalahan adalah hal yang wajar dilakukan. Sayangnya, seseorang kadang mendalihkan sendiri kewajaran itu dengan bersikap tidak wajar. Buktinya?

Saat pemain bola terkenal seperti Lionel Messi gagal mencetak gol, ramai penonton di televisi menghujat Messi dan menganggapnya telah melakukan kesalahan besar. Padahal, yang berkomentar hanya mampu ngomel saja, kan? Tentu saja.

Satu saja kesalahan yang tampak dari seseorang, hilang dan tertutupi semua kebaikannya. Harusnya tidak seperti itu, kan?

Saat kertas putih kita beri satu tanda titik hitam, bukan berarti kertas tadi jadi hitam. Kalau kertas tadi kita tumpahkan tinta, barulah ia menghitam semua. Itulah mengapa sering kita temukan ungkapan "lebih mudah menghakimi daripada menghargai".

Kesenjangan ini akan begitu berbahaya saat mulai melanda dunia kerja, terlebih lagi saat pekerjaan dilakukan dengan berkelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun