Mau bagaimana lagi, hal itu lebih baik daripada keluarga malah tertular corona. Barangkali, jangankan ingin memeluk, mencium dan mentalqinkannya. Kesempatan untuk melihat wajahnya secara langsung dan dari dekat saja susah.
2. Pengurus Jenazah Hanya dari Pihak Medis
Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan bahwa jenazah pasien positif Corona akan diurus oleh tim medis dari rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk resmi oleh pemerintah. Sedih kedengarannya, tapi mau bagaimana lagi karena inilah salah satu tindakan pencegahan.
Sebelum ingin memandikan jenazah, petugas medis mesti memakai berbagai alat pelindung seperti sarung tangan, masker dan pakaian pelindung khusus. Jelasnya, kegiatan ini tidak bisa dilihat oleh ahli keluarga karena berada di ruang khusus.
Petugas medis tak bisa makan, minum dan tak pula boleh menyentuh wajah sang jenazah. Begitu pula dengan darah maupun cairan jenazah, petugas medis sebisa mungkin mesti menghindarinya.
Dari sini, bisa dibayangkan betapa rawan dan beratnya kerja seorang petugas medis dalam menangani pasien corona. Perawatan jenazah yang mereka lakukan bisa memperbesar resiko penularan.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita memberikan mereka apresiasi, semangat dan taburan doa-doa terbaik.
Dan di saat-saat krusial ini, di manakah posisi keluarga? Nyatanya, keluarga tidak bisa semata ikut campur dalam proses memandikan jenazah serta mengkafaninya.
3. Shalat Jenazah Hanya Dilakukan di Rumah Sakit Rujukan
Jenazah pasien corona tidak bisa dibawa pulang ke rumah duka. Sesuai dengan prosedur dari Kemenag, pelaksanaan shalat jenazah hanya bisa dilakukan di rumah sakit rujukan.
Dan jika memang memungkinkan, gelaran shalat jenazah tetap bisa dilakukan di masjid terdekat dengan syarat masjidnya sudah disanitasi secara menyeluruh.