Lebih dari itu, beberapa hari sebelum libur kemarin saya juga sudah mulai membagi tugas kepada sebagian besar anak-anak. Rombongan ini menuangkan shalawat, rombongan itu mengajak dzikir. 55 siswa, toh tidak susah membaginya agar tampil semua.
Sejak coronavirus menyerang kebijakan, apa mau dikata. Momentum Isra' Mi'raj yang rencananya akan digelar di sekolah tinggallah rencana. Kali ini, anak-anak sendirilah yang mesti menjemput momentum Isra' Mi'raj.
Meski demikian, semoga saja niat baik ini bisa menggugah dan menambah semangat, baik dalam beribadah maupun meneladani Nabi.
Orangtua, Kami Titip Momentum Isra' Mi'raj, Semangati Anak-anak
Rasanya, jalan terbaik untuk menggapai momentum Isra' Mi'raj kali ini hanya bisa dibangun dan diaspal oleh para orangtua di rumah. Penembus jalannya bisa ditempuh dari berbagai macam gang.
Di Youtube masih banyak kajian-kajian online tentang bagaimana peristiwa Isra' Mi'raj. Di media sosial banyak pula snap-snap yang berisikan pesan-pesan akhlak teladan dari Nabi. Dan, di rumah juga orangtua pasti memiliki buku-buku tuntunan pelaksanaan sholat.
Sembari anak-anak mengerjakan tugas sekolahnya, sembari itu pula orangtua kiranya bisa menyelipkan nilai-nilai akhlak dan ibadah. Saat anak-anak sedang bosan dan rebahan, bolehlah sesekali orangtua mengajak anak untuk mendengar kajian-kajian islami.
Tak usah yang berat-berat, setel saja yang sederhana seperti film-film kartun islami. Sayangnya, film-film seperti ini kurang populer di televisi. Mungkin bukannya kurang populer, sih. Memang televisinya saja yang lebih suka setel sinetron dan tayangan yang kurang bermutu.
Lalu, mengapa ini penting? Sebenarnya, makin mantap ibadah seorang anak, makin mantap pula akhlak dan budi pekertinya. Kemantapan ibadah ini tentunya berawal dari pembiasaan orangtua, terutama para ibu.
Nah, mengapa kok peran ibu lebih utama? Terang saja, generasi yang mantap lahir dari rahim yang taat. Jika seorang ibu tidak taat, maka hancurlah generasi.Â
Kita bisa belajar dari kisah islam masa lalu. Beberapa darinya menerangkan fakta bahwa jika seorang ibu taat, maka anaknya pasti baik. Tapi, jika seorang ayah yang baik, maka anaknya belum tentu baik. Contohnya?
Nabi Nuh adalah sosok yang baik, namun anaknya yang bernama Kan'an adalah anak durhaka. Gara-gara? Istri Nabi Nuh tidak baik.
Sedangkan contoh ibu yang taat bisa direnungkan dari kisah Nabi Ibrahim, ayahnya yang bernama Azar bukanlah sosok yang baik bahkan ingkar kepada Allah. Tapi, Allah karuniai Nabi Ibrahim dengan ibu yang baik sehingga mulia pulalah Nabi Ibrahim.
Tambah lagi, ada kisah Nabi Musa. telah Allah karuniakan sosok ibu angkat yang mulia akhlaknya bernama Asiyah binti Muzahim. Siapa ayahnya? Ya, Raja Fir'aun yang ingkar kepada Allah, bahkan menuhankan dirinya sendiri.