Cukup aneh kiranya jika beberapa media online memberitakan bahwa para siswa stres diberikan tugas. Bu Retno sendiri menganggap pemberian tugas malah mengakibatkan anak kelelahan.
Kalau misalnya tugas yang diberikan dalam jangka 14 hari, kemudian anak-anak paksa selesaikan dalam waktu 3 hari, tentulah mereka akan mabuk dan stres.
Pertanyaannya, mengapa harus buru-buru menyelesaikan tugas? Apakah anak-anak sekalian ingin segera menikmati libur penuhnya dengan bermain smartphone atau rebahan?
Nyatanya, guru sudah bijak memberi tugas sesuai dengan kadarnya. Dalam artian, siswa dituntut untuk bisa belajar memanajemen waktu. Hari ini ada tugas, luangkan waktu beberapa jam untuk menyelesaikannya. Esok, lusa silahkan dilanjutkan dengan tugas lainnya.
Lalu, apa guna orangtua di rumah? Mereka sebenarnya diminta oleh guru untuk lebih sering menemani siswa dalam belajar. Bukan untuk membantu mengisikan tugas, melainkan mengajarkan mereka tentang bagaimana caranya mengatur dan membagi waktu.
Jujur saja, beberapa hari ini saya sangat bahagia dan bangga melihat beberapa postingan para orangtua di whatsapp story. Banyak dari mereka asyik menemani anaknya belajar dan mengerjakan tugas di waktu-waktu santai.
Misalnya rekan saya. Beliau sedang menyimak tugas hafalan surah pendek anaknya yang bersekolah di PAUD Terpadu. Anaknya tampak semangat, begitu pula orangtuanya. Jika seperti ini, tentulah sebagai guru saya sangat senang. Berarti orangtuanya peduli dan perhatian.
Ini hanya salah satu saja, dan di luar sana mungkin masih banyak lagi para orangtua yang sangat perhatian dan peduli terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya.
KPAI, Sesekali Apresiasilah Kinerja Guru!
Mungkin dan memang tidak dimungkiri bahwa ada juga sebagian guru yang memberikan tugas secara "berlebihan" kepada siswanya. Tapi, walau sebanyak apapun tugas itu saya rasa para guru punya alasan tersendiri.
Bukannya semata guru gagal paham, melainkan ada yang mereka ingin tanamkan kepada siswa. Guru yang baik pasti mengerti bahwa tugas yang diberikan sebaiknya bukan hanya sekadar teori. Bu Retno tentu lebih tahu, karena beliau pernah jadi kepala sekolah di SMA.